Wakil Gubernur Bali Cok Ace saat membuka Seminar "Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Dalam Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal" yang digelar Listibiya Provinsi Bali, Jumat (6/11). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) Provinsi Bali menciptakan ruang dialog untuk membahas potensi kearifan lokal Bali dalam sinergi Undang-undang Pemajuan Kebudayaan. Mengingat, Bali sekarang menghadapi tantangan untuk memberdayakan kebudayaan dan kesenian pada jalur-jalur pengembangan ekonomi kreatif.

Dalam hal ini, untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. “Kami berharap para akademisi, praktisi seni dan budayawan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam memaknai kembali kearifan lokal,” ujar Ketua Panitia, Dr. I Nyoman Astita, M.A., dalam acara Seminar “Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Dalam Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal” yang digelar Listibiya Provinsi Bali, Jumat (6/11).

Selain itu, lanjut Astita, mengidentifikasi berbagai peluang pemberdayaan potensi seni budaya di era new normal dalam sekala lokal, nasional dan internasional. Pihaknya meyakini bahwa nilai-nilai kebudayaan Bali penting untuk memperkuat identitas, optimalisasi pendidikan karakter, serta pewarisan nilai-nilai kemanusiaan secara utuh dan berkelanjutan. Termasuk dalam menunjang pengembangan pariwisata budaya.

Baca juga:  Sambut Pertemuan IMF-WB, Ribuan Anggota Kodam Kerja Bakti di Tanjung Benoa

“Sinergitas pemajuan kebudayaan Bali juga penting untuk dirancang dan dirumuskan ke dalam program-program yang terstruktur, terukur, efektif, dan efisien,” imbuhnya.

Menurut Astita, ada beragam tantangan yang dihadapi dalam upaya penguatan potensi budaya dan kesenian bagi pengembangan ekonomi kreatif dalam sinergi pengembangan pariwisata budaya. Mulai dari fenomena distorsi, paradoks nilai-nilai dan hambatan regenerasi tatkala masyarakat mengabaikan potensi intangible dan kekayaan intelektualnya.

“Oleh karena itu, seminar bertujuan menciptakan ruang dialog dalam perspektif kebudayaan secara holistik, cerdas dan konstruktif, serta diharapkan dapat menghasilkan rumusan yang komprehensif,” jelasnya.

Baca juga:  Capaian Vaksinasi COVID-19 Terus Digenjot, Stok Kembali Berdatangan

Astita juga mendorong kreatifitas para seniman dan masyarakat agar terus berinovasi menciptakan karya-karya baru yang bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan. Hal ini untuk mendukung perkembangan seni dan budaya Bali sesuai visi daerah Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, M. Si selaku keynote speaker mengatakan, pandemi Covid-19 turut berpengaruh pada aktivitas seni dan budaya di Bali. Di satu sisi, para seniman mesti menerapkan protokol kesehatan.

Di sisi lain, kreasi juga tidak boleh padam. Namun dari pengamatannya, justru ada banyak inspirasi yang muncul gara-gara Covid-19.

“Di tengah tantangan harus memakai masker, ini juga memberikan ruang bagi para seniman untuk berfikir kreatif. Apakah maskernya diganti dengan tapel setengah atau apa, kan banyak sekali bisa dibuat,” ujar pria yang akrab disapa Cok Ace ini.

Baca juga:  Proses Fermentasi Belum Optimal, Permintaan Ekspor Kakao Jembrana Terkendala

Cok Ace berharap seminar dapat melahirkan pemikiran-pemikiran untuk penguatan budaya Bali dengan berpijak pada kearifan lokal. Pemerintah melalui Dinas Kebudayaan akan selalu mendampingi dan mendukung para seniman.

Apalagi seni sebagai unsur kebudayaan selama ini telah menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Bali. Untuk diketahui, prinsip dasar pengembangan pariwisata Bali adalah pariwisata berkelanjutan yang mengandung dua hal penting.

Yakni, mensejahterakan masyarakat Bali dari aspek penghasilan, kesehatan, pendidikan dan kebahagiaan, serta tidak boleh merusak, mendegradasi apalagi mematikan sumberdaya Bali. Mulai dari keyakinan dan kepercayaan hingga manusia dan alam Bali itu sendiri. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *