Ida Pedanda Wayahan Bun, saat ditemui di Girya Sanur Pejeng, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Senin (9/11). (BP/nik)

GIANYAR, BALIPOST.com – Belakangan ini anggota DPD dari Dapil Bali, Arya Wedakarna banyak mendapat tekanan dari masyarakat Bali. Hal ini terkait sejumlah pernyataan yang mengundang kontroversi.

AWK pun datang ke griya Ida Pedanda Wayahan Bun di Griya Sanur Pejeng, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring pada Minggu (8/11). Kesempatan itu, AWK diarahkan untuk meminta maaf kepada umat Hindu dan menghaturkan upacara guru piduka di sejumlah pura.

Ida Pedanda Wayahan Bun mengatakan AWK memang kerap tangkil ke Griya Sanur Pejeng. Diterangkan kedatangan AWK kali ini bertujuan meminta saran, apa yang harus dilakukan di tengah kondisi masyarakat Bali saat ini.

Baca juga:  Pembunuh Satpam Baru Bebas dari Lapas

“Dia memang sering nangkil meriki (ke Griya Sanur Pejeng-red). Karena setiap ada upacara di museumnya di Tampaksiring, dia nangkil ke sini mohon agar saya yang muput, termasuk upacara Nilepati beberapa waktu lalu. Begitu juga ketika ada acara agung di gria dia juga tetap hadir,” jelas Ida Pedanda.

Sementara itu menyikapi kegaduhan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir, AWK sudah disarankan untuk meminta maaf dan menghaturkan guru piduka pada sejumlah pura di Bali. Dikatakan, AWK langsung menyanggupi arahan tersebut.

Baca juga:  2023, Ratusan Gempa Guncang Bali

“Dia ke sini terkait kegaduhan masyarakat Bali berawal dari ungkapannya itu. Makanya untuk di Bali secara nyata, ratu arahkan agar segera dia minta maaf kepada umat. Kemudian menghaturkan guru piduka kepada Ida Bhatara yang ia sebut di dalam video sesegera mungkin, dan kemarin dia bilang sanggup akan menggelar upacara itu,” jelasnya.

Diungkapkan pula pada awal video AWK viral, memang cukup banyak tokoh umat yang emosi dengan pernyataan pada video tersebut. Dimana terdapat potongan video doa yang negatif kepada Ida Pedanda yang ada di Bali.

Baca juga:  PPN Naik 12 Persen di Tengah Defisit APBD, Daya Beli Krama Bali Kian Melemah

Namun selaku Brahmana, Ida Pedanda Wayahan Bun mengaku tidak menanggapi dengan serius. “Bukan karena AWK dekat dengan gria di sini, siapapun dekat dengan ratu. Namun itu memang harus ditanggapi, tetapi tanggapi dengan cara brahmana. Karena brahmana tidak suka bila dipuji, apabila dihina juga tidak duka, maka ratu hadapi dengan tenang,” paparnya.

Dijelaskan, kebesaran seorang Brahmana bukan pada balas dendam, tetapi pengampunan dan memberi maaf. Banyak waktu itu tokoh Brahmana emosi, tetapi atas adanya kisruh tersebut Ida Pedanda merasa bersyukur ada masalah ini sebagai introspeksi diri. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *