DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2020 merupakan dua tahun kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Hal ini menjadi kajian yang menarik untuk dibahas berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM) oleh Pemerintah Provinsi Bali.
Bali hidup dari sektor pariwisata, tetapi pariwisata juga seharusnya memberi kontribusi terhadap kebangkitan SDM Bali yang mampu menumbuhkan jiwa entrepreneur generasi muda Bali agar tidak hanya menjadi penonton.
Dewan Pembina Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa menegaskan, Peraturan Gubernur (Pergub) Bali yang telah dikeluarkan Gubernur Koster telah mampu merangsang tumbuhnya jiwa-jiwa entrepreneur. IHGMA sendiri, katanya, memiliki divisi pengembangan SDM (sumber daya manusia). ‘’Tugas IHGMA adalah memberdayakan anggota GM (general manager – red). Jika GM sudah diberdayakan, di-upgrade skill dan knowledge-nya, tentunya mereka juga akan bisa meng-upgrade memberinya atau karyawannya,’’ ujar Darma Suyasa, Rabu (11/11).
Menurut Darma Suyasa, salah satu misi IHGMA adalah membentuk GM lokal mampu bersaing di pasar global, sehingga pengembangan SDM menjadi hal yang sangat krusial dan essensial yang harus dilakukan. Ia mengatakan, saat ini GM hotel yang ada di Bali sebagian besar adalah orang lokal yang bekerja di hotel bintang 4 dan 5, bahkan chain internasional, meskipun masih ada ekspatriat.
Namun, GM ekspatriat itu pun bukannya tidak berkontribusi terhadap pengembangan SDM Bali. “Jika dilihat dari sisi positif, SDM lokal dapat belajar dari SDM ekspatriat tersebut baik terkait etos kerja dan sebagainya,” katanya.
Darma Suyasa menambahkan, pengembangan SDM GM ini sejalan dengan program Pemprov Bali, mengembangkan SDM yang berjiwa entrepreneur. Karena dalam pelatihan dan pemberdayaan skill SDM GM, mencakup di dalamnya jiwa entrepreneurship.
Di hotel sendiri, jiwa entrepreneurship secara tidak langsung telah diasah. “Dalam industri hotel, tentunya mengejar profit, memaksimalkan reveneu, mengontrol cost, monitor expend sehingga menghasilkan profit,” katanya.
Secara alamiah, lanjut Darma Suyasa, sudah terjadi proses entrepreneurship di dalamnya (intrapreneurship). Sementara pengembangan keluar, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan yang bisa difasilitasi oleh pemerintah.
Kerja sama yang terbangun antara pariwisata dengan bidang atau sektor di luar pariwisata juga akan merangsang tumbuhnya jiwa entrepreneur pada sektor di luar pariwisata. Salah satu syarat hotel lolos verifikasi CHSE (Clean, Health, Sustainable, Environment) dalam formulir verifikator, sesuai dengan Pergub Bali, salah satunya ada unsur pemanfaatan produk lokal.
“Ini menjadi salah satu daya dorong agar pariwisata bisa menyerap produk industri apa pun yang ada di Bali. Jangan sampai pariwisata hanya menjadi leading sector. Memang dia leading sector, tetapi harusnya dia bisa menarik semua industri di luar bidang pariwisata bersama-sama dengan pariwisata mencapai tujuannya. Jangan sampai ada dikotomi antara pariwisata dan pertanian,” katanya.
Menurut Darma Suyasa, prinsip yang harus dipegang dalam pengembangan pariwisata dan SDM Bali yaitu cenik lantang lais tileh. Bali yang kecil, selain laris, usianya atau keberlanjutannya harus panjang.
Keberlanjutannya ini dengan menyerap sumber daya yang ada di Bali, harus dikonsumsi internal, sehingga semua sektor yang ada di Bali terlibat. “Hal ini menciptakan peluang-peluang usaha dan merangsang munculnya jiwa wirausaha, sehingga sudah tepat yang dilakukan Gubernur Bali. Tinggal konsisten, kontrol, monitor,” tegasnya. (Citta Maya/balipost)