Ilustrasi. (BP/dok)
MANGUPURA, BALIPOST.com – Peredaran beras oplosan di pasaran mendapat atensi Pemerintah Kabupaten Badung. Melalui Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Badung, pemkab setempat telah menerjukan tim untuk mengawasi peredaran beras oplosan dengan merk Cap Ayam Jago dan Maknyuss.

Kadis Koperasi, UKM dan Perdagangan, I Ketut Karpiana, saat dikonfirmasi Selasa (25/7) mengaku akan melakukan penyita jika ditemukan adanya beras oplosan yang beredar di masyarakat. “Kami sudah turunkan tim untuk mengawasi peredaran beras oplosan itu. Untuk sementara kami belum menerima laporan dari pengawasan lapangan terkait keberadaan produk itu,” ujarnya.

Baca juga:  Hari Pertama Kerja Bupati Tamba, Rapatkan OPD, Implementasikan “Nangun Sat Kerthi Loka Jembrana”

Birokrat asal Cemagi, Kuta Utara ini tidak menampik jika beragam jenis beras premium yang beredar di pasaran, khususnya di pasar tradisional. Beras jenis premium yang beredar dominan berasal dari Jawa Timur. “Ada juga beras tanpa label yang memang dari petani kita, selain beras premium seperti beras Putri Sejati. Namun, meski belum ditemukan kami akan terus melakukan pengawasan di setiap kecamatan,” katanya.

Baca juga:  Hingga Juni, Realisasi PAD Badung Capai Triliunan Rupiah

Selain mengawasi pasar tradisional, Ketut Karpiana juga mengaku melakukan pengawasan di sejumlah pasar modern. “Pasar modern juga diawasi, namun kami harap peran serta pedagang sembako untuk turut mengawasi (peredaran beras oplosan –red), sehingga masalah ini dapat tertanggulangi,” katanya.

Sementara Ketua Komisi IV DPRD Badung, AAN Ketut Agus Nadi Putra, meminta Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Badung bersama stakeholder terkait mesti terus melakukan pemantauan pasar, toko modern dan lainnya. “Ini perlu atensi khusus. Sebelum kebablasan harus di atensi terlebih dahulu,” ucapnya.

Baca juga:  Pemkab Badung Sosialisasikan Penggunaan Kain Tenun Endek

Politisi Golkar Badung ini juga meminta dinas terkait mengecek peredaran beras di Badung, baik dari distributor, agen dan juga pengecer guna mengantisipasi peredaranberas oplosan. “Kalau para wisatawan itu sampai mengkonsumsi beras oplosan tentu ini bisa merusak citra pariwisata. Ini adalah persoalan yang sangat serius perlu ditangani, jangan sampai beras oplosan seperti itu masuk ke Badung,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *