Prof. Wiku Adisasmito. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Jumat (4/12) jumlah kasus COVID-19 baru menurun signifikan dari sehari sebelumnya. Namun angka kasusnya masih ada di atas 5.800 orang.

Dari data Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, kasus baru pada hari ini bertambah 5.803 orang. Kumulatif kasus ditangani Indonesia mencapai 563.680 orang.

Sementara itu, pasien sembuh harian jumlahnya lebih rendah dari kasus baru. Tercatat pasien COVID-19 dinyatakan sembuh mencapai 3.625 orang. Total kasus sembuh mencapai 466.178 orang (82,7 persen).

Kasus meninggal jumlahnya lebih banyak dari sehari sebelumnya. Tercatat ada 124 kasus meninggal yang dilaporkan. Sehingga totalnya menjadi 17.479 orang (3,1 persen).

Baca juga:  Ini Makanan yang Bikin Kulit Berminyak

Saat ini kasus yang masih dalam perawatan sebanyak 80.023 orang (14,2 persen). Untuk suspek sebanyak 69.016 orang.

Menurut Juru Bicara Satgas COVID-19 Nasional, Prof. Wiku Adisasmito dalam dialog “Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan! disiarkan langsung kanal YouTube BNPB Indonesia, dipantau dari Denpasar, Jumat (4/12), tiga libur panjang menimbulkan kenaikan kasus 10-14 hari kemudian bahkan masih berlangsung dua minggu setelahnya.

Kenaikannya, antara 50-100 persen. “Semakin ke sini semakin menggila. Penyebabnya ada dua yakni penularan masih tinggi dan adanya sinkronisasi data antara pusat dan pemerintah,” jelasnya.

Baca juga:  Sehari Hujan Deras, Ratusan Lokasi di Bali Dilanda Bencana hingga Sebabkan 6 Jiwa Melayang

Ia menyebut tingginya angka kasus ini salah satunya disebabkan Indonesia negara yang besar sehingga memgintegrasikan datanya perlu waktu. “Namun tetap saja angka kasus masih tinggi sehingga penularan masih tinggi. Tanggung jawab pribadi masih kurang,” sorotnya.

Ia mengatakan perubahan perilaku 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak) merupakan kuncinya. “Jangan ditunggu sampai kasusnya muncul dan dicatat sebagai kasus, baik itu kasus yang sedang dirawat maupun sampai yang meninggal,” pesannya.

Baca juga:  Keterlambatan Penurunan Suku Bunga Picu Perekonomian Tak Kondusif

Ia mengatakan Indonesia menjadi satu-satunya di dunia yang mencatat perubahan perilaku masyarakat. Di negara lain tidak ada. “Karena logikanya begini, jangan tunggu sampai virusnya menimbulkan korban. Caranya gimana? maka dilihat dari 3M-nya. Kita punya sistem untuk membaca perubahan perilaku itu,” ungkapnya.

Setelah dianalisa, ternyata setelah setiap liburan panjang, perubahan perilaku memakai masker dan menjaga jarak turun. Setiap libur panjang mengalami penurunan. “Kalau terus seperti ini ujungnya adalah nol. Kasunya akan sangat tinggi. Perilaku itu sangat penting, belajar lah dari pengalaman,” katanya mengingatkan. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *