Agung Kresna. (BP/Istimewa)

Oleh  Agung Kresna

Pandemi Covid-19 telah menjadikan ekonomi Bali mengalami kehilangan potensi yang selama ini dimilikinya. Ekonomi Bali saat ini lunglai akibat ketidakhadiran para wisatawan yang selama ini telah menjadi potensi penggerak ekonomi Bali melalui industri pariwisata.

Pembatasan pergerakan masyarakat sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 membawa akibat wisatawan terhambat untuk berkunjung ke Pulau Bali. Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali memprediksi ekonomi Bali tumbuh 4,5 – 5,5 persen pada tahun 2021 (Bali Post, 4/12). Jika tahun 2020 secara keseluruhan ekonomi Bali tumbuh -9,5 persen hingga –8,5 persen, maka dalam durasi satu tahun ke depan ekonomi Bali harus mengalami pertumbuhan minimal sebesar 13 persen. Suatu angka yang tidak kecil untuk mencapai angka pertumbuhan 4,5 persen pada tahun 2021.

Potensi ekonomi Bali selama ini memang bersandar pada sektor pariwisata. Sejak dihentikannya penerbangan dari berbagai negara serta dibatasinya penerbangan domestik, otomatis kunjungan wisatawan ke Bali menjadi terhambat; untuk tidak mengatakannya menjadi terhenti. Mata air ekonomi Bali bagai tersumbat dan tidak mengalirkan kesejahteraan ekonomi bagi krama Bali.

Wisatawan –utamanya wisatawan mancanegara– memang bisa dikatakan sebagai bahan bakar ekonomi Bali melalui industri pariwisata; yang pada gilirannya akan menghasilkan PHR (Pajak Hotel dan Restoran) bagi kabupaten/kota di Bali. Sementara tidak bisa dimungkiri juga bahwa PHR merupakan sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) utama bagi banyak kabupaten/kota di Bali. Gangguan atas fungsi ekonomi Bali ini telah berlangsung lebih dari sembilan bulan terhitung sejak pandemi Covid-19 merambah Indonesia pada Maret 2020. Sementara belum ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan mereda ataupun berakhir sama sekali. Gangguan ekonomi Bali tentu harus dapat segera kita pulihkan tanpa menunggu redanya pandemi Covid-19, dengan meningkatkan potensi sumber daya yang kita miliki.

Baca juga:  Guru, Berbagi dan Empati

Akankah kita tetap bertahan berusaha memberdayakan berbagai sumber daya pariwisata, dengan paradigma/mindset baru. Atau kita akan mencoba mencari alternatif potensi sumber daya penggerak baru bagi ekonomi Bali. Hal ini mengingat bahwa multiplier effects pandemi Covid-19 telah memberi dampak rantai ikutan panjang terhadap kondisi ekonomi krama Bali.

Gali Potensi Bali

Ekonomi Bali pada hakikatnya adalah ekonomi yang berbasis pada kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia, dengan berlandaskan pada kehidupan keseharian krama Bali. Sementara pariwisata Bali hanyalah produk akhir sebagai resultan dari serangkaian kehidupan kebudayaan krama Bali.

Gangguan atas potensi ekonomi Bali harus segera kita hilangkan. Ekonomi Bali pada dasarnya disangga potensi dari sektor budaya pertanian, budaya tradisi krama Bali, dan pariwisata itu sendiri. Keterpaduan tiga sektor utama ekonomi Bali ini merupakan potensi ekonomi yang sudah menjadi social capital (modal sosial) bagi krama Bali. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar potensi ekonomi Bali dapat kembali berdaya.

Baca juga:  Menjaga Magnet Pesta Demokrasi

Pertama, perlu merumuskan kembali modal kekuatan (strengths) ekonomi Bali. Kekuatan potensi ekonomi Bali jelas berada pada tiga sektor tersebut di atas. Potensi ekonomi sektor pertanian, tradisi, dan pariwisata harus berjalan seiring tanpa ada yang terlalu dominan. Sehingga jika terjadi gangguan potensi pada salah satu sektor, maka dua potensi sektor lainnya akan menjadi penopang ekonomi Bali.

Kedua, krama Bali perlu memahami kelemahan (weaknesses) atas potensi ekonomi yang dimiliki Bali. Seperti halnya pariwisata adalah sektor ekonomi tersier yang sangat rentan oleh gangguan pada faktor security dan safety. Sedangkan pertanian sebagai sektor ekonomi primer adalah budaya keseharian krama Bali yang belum berpola industrial farming dengan sentuhan Hi-Tech maupun Hi-Touch. Ketiga, menelusuri peluang (opportunities) yang dimiliki dalam setiap potensi ekonomi Bali. Pemahaman atas peluang ekonomi yang ada, akan membawa potensi ekonomi Bali menjadi tegak tegar lagi dalam mengoptimalkan peluang yang ada menjadi mesin ekonomi Bali yang tangguh menghadapi tantangan ekonomi global.

Baca juga:  Pelaku Pariwisata Mesti Berperan Antisipasi Ancaman Terorisme

Keempat, mengerti tentang ancaman (threats) yang menghadang eksistensi potensi ekonomi Bali menjadi kata kunci terakhir dalam upaya mengembalikan fungsi ekonomi Bali agar dapat memberikan kesejahteraan bagi krama Bali. Pemahaman atas keberadaan ancaman ekonomi ini akan memandu langkah-langkah upaya peningkatan kesejahteraan krama Bali.

Pandemi Covid-19 telah mengubah peta situasi atas empat hal tersebut. Bali tidak bisa lagi berpegang pada strategi perencanaan yang selama ini telah dan sedang dilaksanakan. Perlu disusun peta jalan (road map) baru untuk menegakkan kembali ekonomi Bali. Dibutuhkan desain baru atas potensi ekonomi Bali pascapandemi Covid-19, dengan mindset mengembalikan kehidupan keseharian masyarakat ke dalam anatomi yang sehat, sesuai sendi sosial-budaya krama Bali.

Perang menghadapi Covid-19 ini harus dihadapi dengan strategi yang matang. Ahli strategi perang kekaisaran Tiongkok Kuno, Sun Tzu (545 SM – 370 SM), dengan masterpiece berjudul ‘’The Art of War’’, menyatakan bahwa dengan memahami musuh dan mengenal diri sendiri, kita tidak perlu takut hasil dari seratus pertempuran.

Penulis, Arsitek, Senior Researcher pada Centre of Culture & Urban Studies (CoCUS) Bali, tinggal di Denpasar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *