Salah satu pedagang cabai, saat memilah dagangan cabainya di Pasar Umum Galiran. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Memasuki tahun baru 2021, harga cabai rawit merah terus melambung tinggi di tingkat pasar. Seperti di Pasar Umum Galiran Klungkung, harganya menyentuh angka Rp 80 ribu sampai Rp 90 ribu per kg. Situasi ini membuat pedagang maupun pembeli kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan bumbu dapur.

Melambungnya harga bumbu utama seperti cabai rawit merah sudah terjadi sejak pertengahan Desember lalu. Puncaknya terjadi pada 31 Desember lalu dan terus berlanjut hingga Minggu (3/1). Harganya terus melambung tinggi hingga Rp 90 ribu per kg. Belum menunjukkan adanya tanda-tanda harganya akan menurun lagi.

Padahal, awalnya jenis cabai rawit merah harganya hanya 35 ribu per kg. Sedangkan cabai kriting harganya Rp 75 ribu, dari sebelumnya Rp 25 ribu per kg dan cabai lombok besar Rp 35 ribu per kg, dari biasanya hanya Rp 20 ribu kg. Hampir seluruh varian bumbu dapur ini harganya naik drastis.

Baca juga:  Cegah Penimbunan, Polisi Cek Sembako ke Pasar Galiran

Dengan adanya kenaikan harga ini, terlebih banyak pula cabai yang membusuk, para pedagang di tingkat grosir dan pengecer menyiasatinya dengan berbagai cara. Mulai dari mencampur cabai merah dengan cabai yang masih hijau, sehingga bisa memberikan harga lebih murah kepada pembeli. Sehingga lebih terjangkau oleh pembeli.

Sebab, jika tidak tercampur pedagang sulit menjual cabai rawit merah dengan harga tinggi. “Lonjakan sudah terjadi sejak tanggal 31, naiknya drastis, naik lima ribu tiap hari. Agak takut orang belinya, kebanyakan beli campuran, makanya saya siasati campur dengan yang hijau, misalnya 1 kg yang hijau dengan 1 kg yang merah,” kata Dewa Ayu Suniartini, salah satu pengepul cabai rawit merah saat ditemui di Pasar Umum Galiran, Minggu (3/1).

Baca juga:  Bali Kendalikan Pandemi COVID-19 dengan Kearifan Lokal

Sementara di tingkat pengecer cabai di Pasar Galiran, salah satu pedagang, Nengah Wiwin, menambahkan, selain mencampurnya, dia juga terpaksa mencari untung sedikit agar modal dalam menyediakan cabai bisa diputar kembali untuk tetap berjualan. Cara seperti ini pun dilakukan pedagang lainnya, agar tetap bisa bertahan berjualan di tengah situasi sulit, pandemi COVID-19.

“Kalau cabainya dicampur, harganya bisa turun jadi Rp 60 ribu per kg. Dengan harga segitu, pembeli baru berani membeli. Selain cabai, sayuran juga harganya naik sejak awal bulan ini, berkisar 20 sampai 30 persen,” kata Nengah Wiwin.

Baca juga:  Produktivitas Cabai di Buleleng Menurun Drastis

Naiknya harga bumbu seperti cabai ini, juga terjadi lantaran pasokan cabai rawit merah yang turun dari petani. Sehingga situasi cuaca yang tidak menentu mengakibatkan kerusakan tanaman dan berpengaruh terhadap harga di tingkat pasar. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *