Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Oleh Dewa Gde Satrya

Ada optimisme di tengah pandemi ini ketika Presiden mengumumkan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif (Menparekraf) baru, Sandiaga Uno. Siapapun yang menjadi Menparekraf pada masa pandemi Covid-19 ini pasti berada pada situasi yang sulit.

Namun yang saat ini mendesak dibutuhkan dari sosok Menparekraf baru adalah kinerja konkret menumbuhkan para local hero di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) yang tersebar di berbagai daerah, yang selama ini berupaya survive dengan usaha dan komunitas yang dibina.

Satu aspek mendasar yang membutuhkan sentuhan dan karya ribuan bahkan jutaan orang Indonesia saat ini adalah rendahnya taraf kesejahteraan hidup yang selanjutnya berdampak pada kualitas kehidupan bangsa di berbagai sisi. Kemiskinan, keterbelakangan dan kemunduran aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, dan apa saja, membutuhkan sentuhan orang-orang Indonesia dengan mindset, attitude, skill dan knowledge (MASK) laiknya seorang entrepreneur.

Ada banyak medan dan bidang kehidupan yang membutuhkan MASK laiknya seorang entrepreneur, salah satunya yang dipandang strategis dan sekadar menjadi contoh adalah bidang turisme. Banyak media dalam negeri beberapa tahun lalu melaporkan berita miris, pertumbuhan ekonomi dalam negeri justru menurunkan surplus jasa travel.

Baca juga:  Harapan Lepas Landas Ekonomi

Surplus jasa travel tinggal 197 juta dolar AS, penyebabnya karena lebih banyak warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri dibandingkan warga asing yang datang ke sini. Pesan yang diambil dari semakin banyaknya warga Indonesia ke luar negeri adalah perlunya membuat daerah tujuan wisata di negeri ini semakin dilirik warga sendiri, semakin mudah dan murah untuk dicapai warga.

Solusi untuk memecahkan kebuntuan tersebut tidak dapat diembankan semata ke pemerintah (negara). Pengusaha, khususnya yang getol berinvestasi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, berperan besar menumbuhkan pergerakan wisatawan domestik. Namun tidak sembarangan pengusaha yang dimaksudkan di sini, dibutuhkan pengusaha yang militan, yang mampu menyulap daerah-daerah yang sebelumnya tidak diperhitungkan orang menjadi daerah baru yang menjadi magnet bagi kedatangan wisatawan.

Pengusaha yang rela berinvestasi sembari mengedukasi publik untuk mencintai pariwisata negeri sendiri, yang mampu menciptakan kebenaran bahwa alam Indonesia tidak kalah dari negara tetangga. Korporasi perusahaan besar berperan penting di sini.

Tak hanya itu, tumbuhnya desa-desa wisata yang di dalamnya digerakkan oleh para local champion, berperan besar dalam memeratakan pergerakan wisatawan domestik. Banyak desa wisata yang baru bermunculan, sangat mengesankan, bahkan sebagian besar berhasil survive dan bertumbuh, didirikan, dikelola dan dikembangkan oleh ‘orang-orang yang tidak masuk akal’. Mereka adalah para local hero yang berdedikasi, berintegritas, meyakini akan suatu visi pembangunan desa, serta menggerakkan orang-orang di sekitarnya untuk bergerak maju bersama.

Baca juga:  Kuningan ”Uning-Eling-Hening”

Dampak dari investasi di bidang pariwisata dan bertumbuhnya berbagai destinasi wisata baru nan menarik di berbagai daerah di Indonesia mampu mengubah tren perjalanan wisata di negeri ini. Bandung, selain selama ini telah dikenal sebagai destinasi wisata belanja, dengan adanya ikon destinasi wisata baru semakin memperkuat branding sebagai the next destination.

Di Jawa Timur, pertumbuhan industri wisata tidak hanya terfokus di Surabaya, tetapi juga terlihat di berbagai daerah, seperti Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu), Jember, Banyuwangi, Pacitan dan sebagainya.

Penelitian yang saya lakukan beberapa tahun lalu di Kota Batu menemukan beberapa kekuatan yang menjadi daya saing turisme Batu. Di antaranya, jarak antara satu destinasi ke destinasi wisata lainnya mudah dijangkau (point to point reachable), petunjuk jalan jelas dan accessible, tersedia restaurant local food dengan menu dan kemasan tradisional yang menarik, masyarakat lokal ramah, helpful dan sadar wisata, infrastruktur menunjang, jalan-jalan bersih, serta sinergi antara PHRI dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) setempat berjalan baik.

Baca juga:  Moratorium, Langkah Nyata Jaga Ketahanan Pangan Bali

Ada keterbukaan sektor hotel dan restoran (PHRI) setempat untuk menerima produk-produk yang dihasilkan Gapoktan. Beberapa kekuatan ini menjadi modal penting untuk meningkatkan daya saing menarik pengunjung.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, investasi di bidang pariwisata di berbagai daerah diperlukan untuk mengembangkan keunggulan daerah serta mereduksi kelemahan di berbagai sisi yang masih melekat di daerah. Penciptaan ikon baru destinasi wisata di berbagai daerah merupakan urgensi dalam industri pariwisata di Tanah Air, selain profesionalitas dalam pemasaran, pengemasan even dan memperbanyak penerbangan langsung dari luar negeri ke Indonesia.

Menparekraf Sandiaga Uno kiranya memahami dengan detail mekanisme survivalitas di tengah pandemi, dan proses normalisasi ekonomi melalui parekraf. Di sana, para local hero di bidang parekraf harus ditemani dan didukung untuk bertahan dan pada waktunya bertumbuh bersama-sama dengan usaha dan komunitas yang dibina.

Penulis Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *