TABANAN, BALIPOST.com – Tidak adanya lahan untuk menampung dan mengolah sampah rumah tangga membuat rencana pengelolaan sampah di Desa Kelating tidak bisa dilaksanakan. Salah satu cara mengatasi permasalahan sampah di desa ini adalah dengan memungut sampah warga dan kemudian membuangnya ke TPA. Namun, langkah ini pun belum bisa terealisasi karena sedang menunggu kebijakan dari desa di hulu.
Sebab, desa yang berlokasi dibagian hilir, Desa Kelating kerap mendapatkan sampah kiriman dari desa yang berlokasi di hulu. Oleh karena program dalam mengatasi sampah belum terealisasi, hingga saat ini sampah masyarakat di Desa Kelating masih dibuang di lahan kosong atau pekarangan rumah warga.
Perbekel Desa Kelating, I Made Suama, Kamis (4/8) mengatakan sebelum desa Kelating ada empat desa yang berlokasi di hulu yaitu Desa Kukuh, Desa Baturiti, Desa Kerambitan dan Desa Penarukan. ‘Posisi desa Kelating ada di ujung. Paling hilir. Jadi kerap mendapatkan kiriman sampah,’’ ujarnya.
Saat ini baru tiga desa yang dihulu yang sudah melakukan pemungutan sampah masyarakatnya secara terjadwal yaitu Desa Kukuh, Desa Baturiti dan Desa Kerambitan. Saat ini pihak Desa Kelating sebenarnya sudah siap untuk melakukan hal yang sama tetapi sedang menunggu kesiapan Desa Penarukan untuk melakukan pengelolaan sampah. ‘’Sudah dilakukan koordinasi dengan pejabat desa terkait namun belum ada kepastian kapan Desa Penarukan melakukan pengelolaan sampah seperti tiga Desa di hulu lainnya,’’jelas Suama.
Awalnya untuk BUMDes, Desa Kelating hendak melaksanakan program pengolahan sampah baik itu sampah plastik maupun sampah rumah tangga. Namun hal ini tidak bisa berjalan karena tidak adanya lahan. ‘’Kita perlu lahan untuk menampung sampah dan perlu alat untuk mengelolanya. Nah, lahannya ini yang tidak ada,’’ ujarnya.
Karenanya, dalam mengatasi permasalahan sampah, rencananya pihak Desa akan melakukan tender bagi masyarakat yang memiliki mobil bak terbuka untuk melakukan pembungutan sampah secara rutin di masyarakat. Nantinya, akan ditarik iuran untuk setiap kepala keluarga. Saat ini di Desa Kelating ada 2400 jiwa dengan enam banjar. Tokoh masyarakat kata Suama sudah setuju akan program tersebut dan sekarang pihaknya sedang menunggu kebijakan dari Desa Penarukan untuk melakukan hal yang sama.
Selama ini, lanjut Suama, warga di Desa Kelating masih membuang sampah di lahan kosong atau pekarangan rumahnya. Jadi sampah tidak sampai dibuang ke tepi jalan. ‘’Di Desa Kelating rumah warganya masih banyak lahan kosong. Biasanya dibuang di sana. Tidak sampai di tepi jalan,’’ ujarnya. (wira sanjiwani/balipost)