Made Gede Antara (kanan), Made Eppi Wilantika, dan pelatih Ketut Gede Widiana (kiri). (BP/ist)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Dua atlet lompat tinggi PON Bali yakni Made Gede Antara dan Made Eppi Wilantika, dipersiapkan untuk berlaga pada kejuaraan atletik internasional Singapura terbuka, di Singapura, pada Juni. Tujuannya, untuk mengukur dan mengevaluasi kedua atlet, karena selama ini mereka berlatih terus menerus dan sama sekali tak mengikuti kejuaraan.

Pelatih lompat tinggi PON Bali Ketut Gede Widiana, di Badung, Jumat (22/1) menuturkan, selama ini dua atlet asuhannya hanya berlatih melulu tanpa mengikuti kejuaraan. Apalagi, di masa pandemi covid-19 ini memang tidak ada agenda turnamen atau kejuaraan atletik di Indonesia. Karena itu, event Singapura Terbuka dinilai sangat efektif untuk mengasah skill, menguji mental bertanding, sekaligus mengukur kemampuan prestasi atlet asuhannya.

Baca juga:  Atlet Muaythai Klungkung Ditargetkan 5 Emas di Porprov

“Ajang Singapura Terbuka ini kami anggap sebagai try out, sekaligus persiapan menuju PON Papua, Oktober,” tandas Widiana.

Dijelaskannya, selama ini Antara dan Eppi berlatih lima kali dalam sepekan di Lapangan Mengwi. Widiana membekali materi teknik, fisik dan stamina, tetapi atlet tak pernah turun dalam kejuaraan. Selain event Singapura Terbuka, juga akan digelar kejuaraan internasional Taiwan Terbuka, pada Juli.

Hanya, kata Widiana, pihaknya lebih cenderung memutuskan berlaga ke Singapura Terbuka. Dasar pertimbangannya, jarak lebih dekat ditambah biaya lebih murah. “Terus terang, kami ingin mengevaluasi penampilan atlet kami, walaupun dengan biaya secara swadaya dan mandiri,” tuturnya.

Baca juga:  Pertanian Bali di Bawah Ancaman Kepunahan

Yang terpenting, dirinya bisa mengevaluasi penampilan atlet asuhannya selama mereka berlatih. Ia menyebutkan, prestasi terbaik yang diukir Antara 210 Cm, sedangkan catatan prestasi terbaik Eppi lompatannya mencapat 168 Cm. “Eppi mampu melompat setinggi 168 Cm pada Kejurnas dan Popnas (2019), sedangkan lompatan terbaik Antara 210 Cm diciptakan pada event Kejurnas, Popnas dan Jateng Terbuka (2019,” terang Widiana. (Daniel Fajry/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *