Ilustrasi. (BP/Suarsana)

Oleh Dr. Tumpak Silalahi SE MBA

Mencuatnya angka angka korban pandemi Covid-19, telah menyadarkan kita perlunya perilaku kehidupan yang bersifat nir sentuh sesama kita. Salah satu inovasi yang berkembang dan menjadi kebutuhan kita untuk memenuhi protokol kesehatan adalah dengan pembayaran transaksi tanpa nirsentuh yaitu sistim pembayaran berbasis tehnologi dikenal dengan inovasi sistem pembayaran berbasis platform digital.

Digitalisi di berbagai sektor perekonomian merupakan salah satu prosedur dan solusi untuk pencegahan penyebarluasan Pandemi Covid-19 pada saat ini. Berbagai sektor ekonomi yang terimbas terutama akibat PSBB untuk pencegahan Covid-19 direkomendasikan dan dihimbau dalam berbagai publikasi di masyarakat agar melakukan tranformasi ke arah digitalisasi.

Perkembangan Teknologi digital telah memperoleh peran penting dalam era normal baru, diantaranya dengan memastikan bahwa aktivitas bisnis berlanjut dengan aman dan nyaman. Digitalisasi yang bertranformasi di masyarakat seperti penggunaan kode QR (Quick Response) di antaranya dapat kita lihat pada berbagai restoran dan hotel yang digunakan untuk memesan makanan online maupun pemesanan kamar, Kontrol kapasitas melalui digitalisasi ruang fisik dan ruang hitung, penerapan sensor suhu jarak jauh, dan identifikasi serta prakiraan perilaku wabah baru pandemi melalui Big Data dan Artificial Intelligence, merupakan pola dan cara cara baru di kehidupan masyarakat kedepan dan akan semakin terbiasa dilakukan.

Ilustrasi Digitalisasi Sistem Pembayaran di Sektor Pariwisata

Sejalan dengan perkembangan digitalisasi dimaksud, Bank Indonesia juga telah merespon kondisi pandemi Covid dengan baru saja menerbitkan PBI Nomor 22/23/PBI/2020 tentang Sistim Pembayaran karena perkembangan digitalisasi dan inovasi dalam bidang Sistem Pembayaran. Tentu saja pada satu sisi memberikan peluang bagi peningkatan efisiensi Industri Sistem Pembayaran dan percepatan inklusi ekonomi dan keuangan Digital, tetapi at the end of the day, semangat dari peraturan baru ini ingin berkontribusi pada akselerasi perekonomian agar mampu bertahan dalam kondisi krisis sebagai dampak dari pandemi dimaksud.

Baca juga:  Perempuan Dalam Sistem Proporsional Terbuka

Belajar dari action strategy yang dilakukan oleh Thailand yang memiliki kesamaan dengan sektor Ekonomi di Provinsi Bali, adalah sangat bagus untuk di ikuti yang dengan tagline”Cleaning up while waiting for tourist to return”, yang pada dasarnya menginspirasi tulisan ini. Digitalisasi secara komprehensif yang dilakukan Pemerintah Thailand dan tentu dengan bantuan UNDP-Thailand, merupakan contoh kongkrit dan bagus untuk diikuti.

Program tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan Thailand untuk menyambut optimisme paskah Pandemi Covid. Salah satu kemitraan antara UKM dan Pemerintah serta Dunia usaha dilakukan dengan kemitraan pendampingan dan Pembiayaan dengan tagline : ”Bersatu Kita Teguh untuk mencari solusi atas masalah bersama”.

Melalui skema Biodeversity Finance Initiative (BIOFIN), UNDP Thailand didukung oleh Raks Thai Foundation dan Koh Tao municipality, yang dalam konteks persamaan nya dengan Provinsi Bali dapat di dukung oleh lembaga pembiayaan antara lain Bank BPD Bali dan LDP. Pada dasarnya kunci keberhasilan model Thailand dimaksud, adalah kesuksesan untuk turut mengajak seluruh elemen masyarakat agar berpartisipasi dalam kampanye “Crowth Funding Scheme”.

Program itu dimaksudkan untuk menciptakan pengalokasian sementara para pekerja informal yang selama ini di zona nyaman pada sektor pariwisata untuk beralih sementara selama masa pandemi dan disalurkan kepada sektor padat karya dengan tujuan menciptakan lingkungan hidup yang lebih environtmental destinatination tourism dan sekali lagi tentu saja hanya selama masa PSBB. Sebagai informasi tambahan, Thailand khususnya kota wisata Phuket adalah daerah yang memiliki kesamaan dengan Provinsi Bali dimana 56% para pekerja sektor informal nya ada di sektor pariwisata dan sangat terdampak berat selama pandemi Covid-19 ini.

Baca juga:  Mengelola Limbah Covid-19 Demi Warga dan Lingkungan

Pada dasarnya, paket stimulus untuk pariwisata domestik dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada Masyarakat luas yang terdampak dengan melesunya bisnis pariwisata Thailand. Dalam hal ini, perlunya memperdalam secara serius dan mempelajari strategi yang dilakukan agar paket stimulus Pemerintah selama masa Pandemi: Tepat Sasaran dan Tepat Guna serta meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi untuk bertahan dan sembari beradaptasi dengan kehidupan normal Baru.

Salah satu contoh implementasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Thailand dalam skema kampanye “Crowd Funding Scheme” ala Thailand adalah dengan menyatukan sekitar 200 pengusaha dan pekerja kapal wisata yang berada di Lokasi Wisata Pantai Phuket. Dengan skema dimaksud para pekerja di kapal kapal wisata phuket dialokasikan dengan paket padat karya untuk berkontribusi pada proyek meningkatkan lingkungan hidup di area alam bawah laut sembari menunggu kembalinya wisata ke arah normal baru.

Dengan skim tersebut penciptaan lapangan kerja selama masa pandemi bersinergi dan sekaligus untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup di sektor pariwisa sehingga sektor wisata akan terjaga dan mampu menjaga tekanan dari aspek sosial yang sekaligus meningkatkan promosi wisata berbasis lingkungan hidup.

Dari sisi dukungan sektor pembiayaan perbankan, terdapat arah langkah yang dapat dimanfaatkan oleh industri perbankan dalam membantu Pemerintah untuk memitigasi dampak krisis pandemik dan sekaligus berkontribusi untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, Bank BPD bali sebagai regional champion sekaligus perusahaan yang harus tetap mencari target bisnis, harus tetap mengukur dan memitigasi risiko yang akan muncul dari skim pembiayaan sebagaimana dilakukan Thailand yang telah dijelaskan.

Baca juga:  Urgensi ”Green Management” Sektor Pariwisata

Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengukur dan memtigasi risiko perbankan dalam skim pembiayaan Crowd Funding Scheme, adalah kemampuan permodalan bank dalam menyerap risiko yang timbul. Adalah valid untuk diilustrasikan fungsi modal bagi perbankan yaitu sebagai obat yang harus senantiasa tersedia dalam tubuh bank sebagai alat kekebalan (immunisasi) menghadapi virus covid-19 (eksternal shock). Selain permodalan yang memadai, faktor lain yang perlu dilakukan yaitu transformasi bisnisnya kearah digitalisasi infrastruktur tehnologi informasi yang memadai sehingga mampu bertahan dari serangan virus Covid-19 dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas jasa lembaga perbankan.

Mengapa permodalan bank sangat perlu diperhatikan secara serius dan sungguh sungguh, hal ini karena modal bank berfungsi sebagai buffer menghadapi eksternal shock serta sebagai instrument kekebalan terhadap berbagai inherent risk. Hanya saja perlu diwaspadai, bahwa pemahaman yang berbeda akan pentingnya fungsi modal bagi bank sering sekali dipolitisasi sehingga bagi Pemerintah me sosialisasikan fungsi modal bank kepada para pengamat, sama berat tugasnya seperti tugas berat yang dialami Pemerintah (Kementerian Kesehatan) untuk mensosialisasikan pentingnya melakukan suntikan vaksin sebagai upaya pencegahan virus covid.

Penulis, bekerja di Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali, tulisan meruapakan pendapat pribadi

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *