Pedagang Kios Suvenir Seputaran Pasar Umum Ubud mengais rejeki di tengah minimnya wisatawan yang berkunjung. (BP/Wir)

GIANYAR, BALIPOST.com – Ketika memasuki Pasar Umum Ubud pukul 09.00 WITA akan terlihat beberapa pedagang souvenir mulai membuka lapak kios dan los. Pengunjung terlihat sepi, sesekali terlihat ada 1-2 wisatawan mancanegara (wisman) yang sedang hunting foto mengabadikan suasana pasar dengan tas ransel yang masih tergendong di punggungnya.

Gusti Ayu Made Dwi Ariyanti, pedagang lukisan di seputaran Pasar Umum Ubud, Minggu (31/1) menyampaikan, penurunan kunjungan wisman ke Pasar Umum Ubud sudah terlihat mulai Maret 2020. Ini menyebabkan pedagang souvenir memilih banyak menutup toko atau losnya.

Baca juga:  Seribuan Babi Mati Dibantah, Segini Jumlahnya Menurut Distan Bali

“Harapan terakhir kami hanya wisdom dan wisman yang masih stay di Ubud bisa membeli produk souvenir kami ,” ucap dara cantik asal Desa Sangeh ini.

Ia menjelaskan, sepinya kunjungan wisatawan menyebabkan pedagang souvenir memilih buka pada Jumat, Sabtu dan Minggu. Di luar ketiga hari tersebut, ada beberapa pedagang souvenir bertahan tetap membuka lapak dengan harapan ada dewi fortuna membawa rezeki melalui wisatawan yang kebetulan singgah.

Baca juga:  Kodam Antisipasi Potensi Konflik saat Pemilu

Terkadang juga ada masyarakat lokal singgah ke Pasar Umum Ubud membeli produk souvenir. Pada Oktober- Desember 2020 ada sedikit harapan wisatawan domestik membeli produk souvenir. Kedatangan wisdom ini akibat berkah diberlakukannya kebijakan tatanan New normal yang memudahkan wisdom berlibur ke Bali.

Ariyanti menyampaikan ketika melayani wisdom dan pengunjung lokal, pedagang mesti menawarkan dagangannya dengan harga Corona. Seperti contoh lukisan 10 R ditawarkan Rp 100.000-Rp 120.000 per buah ke wisman. “Saat pengunjungi sepi, lukisan 10 R ini hanya ditawarkan Rp 30.000-Rp 40.000 per pieces, masyarakat lokal tentu mampu menjangkau,” yakinnya.

Baca juga:  Mei 2022, Bali Duduki Peringkat Pertama Penyumbang Wisman

Senada dikatakan Gusti Ketut Sukerti asal Peliatan, Ubud. Penjual busana dan aksesoris berbahan kain blacu merasakan sepinya pengunjung pasar saat pandemi COVID-19.

Berbeda saat sebelum pandemi COVID-19, biasanya tutup sampai pukul 19.00 malam ketika kunjungan ramai. Saat ini buka pukul 10.00 WITA tutup maksimal pukul 15.00 WITA. “Kalau cuaca hujan, pedagang akan memilih tutup karena sangat jarang pengunjung yang singgah,” tuturnya. (Wirnaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *