MANGUPURA, BALIPOST.com – Untuk pertama kalinya, Imlek dirayakan di tengah pandemi COVID-19. Sejumlah prosesi pun ditiadakan untuk menghindari kerumunan.
Seperti kebijakan yang diambil di Vihara Dharmayana Kuta. Perayaan yang biasanya diisi prosesi Tolak Bala berkeliling, kini ditiadakan.
Menurut Ketua pengurus Vihara Dharmayana/Leng Gwan Byo Kuta, Adi Dharmaja, tak hanya prosesi tolak Bala ditiadakan, persembahyangan di Klenteng pun akan dibatasi. Pada 11 dan 12 Februari nanti atau saat momen puncak hari raya Imlek, pihaknya juga melakukan sejumlah pengaturan ketat kepada umat yang ingin menghaturkan puja.
“Saya rasa peniadaan prosesi itu tahun ini tidak menjadi masalah. Sebab keadaan memang tidak memungkinkan itu dilakukan tahun ini. Namun upakara tetap dilaksanakan, penghormatan barongsai tetap ada, namun kita lakukan di dalam area vihara dan kita batasi pesertanya,” terangnya.
Selain membentuk tim protokol kesehatan (prokes) dari internal banjar, sejumlah pengaturan pembatasan di dalam Vihara juga diberlakukan. Seperti hanya membuka 2 akses pintu masuk vihara, dari 4 pintu yang ada.
“Dua pintu masuk Vihara yang berada di pintu utama dan samping Vihara juga akan dijaga oleh tim dari kepolisian, linmas dan muda-mudi. Selain itu pelaksanaan jam persembahyangan di Vihara juga dibatasi, dari biasanya dilakukan sampai jam 12 malam, kini hanya diberlakukan sampai jam 8 malam,” bebernya saat ditemui di sela kegiatan pembersihan arca, Jumat (5/2).
Pihaknya meminta umat agar senantiasa disiplin menerapkan mencuci tangan, memakai masker dan menghindari kerumunan (3M). “Kami juga mengimbau kepada umat agar sebisanya melaksanakan persembahyangan di rumah masing-masing, demi menghindari kerumunan. Utamanya jelang momen pergantian tahun pada tanggal 11 tengah malam. Jadi pada saat sembahyang pergantian tahun (sembahyang tutup tahun) itu hanya dilakukan oleh pengurus saja,” harapnya.
Jumlah pengempon vihara dari banjar Dharma Semadi, berjumlah 145 KK. Jika semuanya diperkenankan untuk melakukan persembahyangan di Vihara, ditakutkan hal itu tentu akan mengundang kerumunan.
Utamanya pada saat upacara persembahyangan tutup tahun yang biasanya diikuti oleh 1.500-an umat. Karena itu pada saat upacara tutup tahun, pihaknya berharap umat melaksanakan persembahyangan masing-masing di rumah.
Jika ditotal umat yang bersembahyang saat tutup tahun dan keesokan harinya itu bisa mencapai 2.500 an orang. Karena saat ini pandemi, harus dibatasi untuk menjaga prokes dan kebaikan bersama. “Bagi umat yang ingin bersembahyang ke Vihara agar tidak datang beramai-ramai. Kalau ingin mengucapkan selamat Imlek itu bisa dilakukan secara virtual,” imbaunya.
Selain itu, prosesi persembahyangan keliling di setiap persimpangan di Kuta yang biasanya melibatkan atraksi barongsai dan lionk juga ditiadakan saat Imlek tahun ini. Prosesi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk menetralisir roh jahat dan menyambut tahun baru Imlek. (Yudi Karnaedi/balipost)