SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pohon pule keramat di Setra Desa Adat Akah, Klungkung, setelah tumbang beberapa waktu lalu masih menyisakan cerita menarik. Bagian kayu yang telah dipotong-potong petugas BPBD bersama warga setempat, dimohon oleh sejumlah warga.
Kayu itu untuk dipakai bahan pembuatan tapel. Sebagaimana kepercayaan di Bali, tapel yang dibuat dari pohon pule keramat dinilai lebih “mataksu”.
Proses memohonnya tentu tidak sembarangan. Sebab, kalau mengambil sembarangan, bisa berakibat buruk.
Maka, warga harus memohon izin lebih dulu kepada pemangku setempat. Tokoh masyarakat setempat, Made Kasta, menyampaikan sebagian besar warga yang memohon kayunya, rencananya akan digunakan untuk bahan dasar tapel.
Tetapi, warga lainnya ada juga yang tidak berani “nunas” dan memilih membiarkan begitu saja di lokasi. “Biasanya mau dipakai tapel. Selain pohonnya yang memang dikeramatkan warga, tumbangnya juga pas sekali saat Tilem Kewulu. Padahal sudah dari dua sebelumnya ada tanda-tanda mau roboh. Robohnya juga pas menjelang ‘jejeg surya’,” kata Made Kasta, yang juga seorang praktisi spiritual ini.
Warga yang nunas bagian kayu pule keramat ini, menghaturkan banten pejati lebih dulu di setra setempat. Selain memohon kayunya, ada juga yang memohon bagian kulitnya saja. Proses menghaturkan sesaji lebih dulu, agar dalam pemanfaatannya nanti, tidak menimbulkan dapat buruk.
Bahkan setelah pohonnya roboh, dan sebelum dipotong-potong oleh petugas BPBD, Kasta mengatakan sempat dilakukan upacara kecil. Seperti macaru terlebih dahulu, agar proses penanganannya berjalan lancar.
Kasta yang juga Wakil Bupati Klungkung ini, menambahkan, pada arel setra setempat tumbuh beberapa pohon pule, yang selalu tumbuhnya berdampingan dengan pohon beringin. Pohon pule setempat dikenal keramat, karena sebelumnya memang ada beberapa peristiwa mistis yang menyertainya.
Misalnya, dulu pernah ada warga yang sembarangan hanya memotong ranting pohon pule yang lain di areal itu. Setelahnya, orang itu langsung sakit. Bahkan ada yang sampai buta.
Selain itu, menurut penuturan warga setempat, pada pohon pule yang tumbang ini posisinya persis berada di pinggir jalan, dari Akah menuju Desa Manduang. Dulu pernah terjadi peristiwa warga dari Manduang yang sedang melintas di sana membawa anakan babi, tiba-tiba anakan babinya digigit tokek berukuran besar dan ditarik hingga ke atas pohon pule itu.
Pohon pule di sekitar setra ini bahkan pernah terbakar tanpa sebab, yang membuat warga terheran-heran.
Di sisi lain, Kepala Pelaksana BPBD Klungkung Putu Widiada, Minggu (14/2) mengatakan tak mengalami kendala saat memotong payu berdiameter 1,5 meter tersebut. Semua proses penanganan berjalan lancar.
Mereka juga cukup berhati-hati saat melakukan penanganan, terutama harus seizin pemangku setempat. Terlepas dari manfaat lain dari kayu itu, pihaknya mengapresiasi kerja sama warga setempat dalam penanganan dampak bencana. Sehingga penanganan menjadi lebih cepat. (Bagiarta/balipost)