Siswa sedang menjalankan prokes mencuci tangan sebelum masuk ke sekolah dalam simulasi PTM. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Sekolah di Kabupaten Badung, dipastikan belum akan membuka pembelajaran tatap muka (PTM) dan masih tetap melakukan pembelajaran secara daring. Hal itu karena melihat angka kasus COVID-19 di Badung belakangan ini, masih menunjukkan peningkatan.

Seperti yang disampaikan Ketua PGRI Badung Wayan Tur Adnyana, di Badung bahkan ada beberapa pendidik dan tenaga kependidikan yang terjangkit dan bahkan terkapar sampai ada yang meninggal dunia. Tentu hal ini menjadi perhatian serius pihaknya.

Untuk itulah kata dia, Bupati Badung juga sangat berhati-hati untuk mengambil keputusan membuka kembali pembelajaran tatap muka ini. Tur yang juga Kepala SMPN 1 Kuta ini, sangat berharap pandemi COVID-19 segera hilang.

Baca juga:  Ingatkan Masyarakat Nyoblos, Ini Dilakukan Polres

Sehingga, kerinduan Siswa terhadap sekolah dan guru yang mereka cintai, bisa segera terobati melalui tatap muka langsung. “Kondisi ini sudah hampir satu tahun sejak tahun lalu di bulan Maret. Tentu selain sudah jenuh belajar dari rumah, siswa juga pastinya sudah rindu untuk beraktivitas di sekolah,” terangnya saat dikonfirmasi, Minggu (21/2).

Agar bisa mempercepat penanganan COVID-19 ini, pihaknya mengajak semua pihak untuk mengurangi sementara aktivitas di luar dan mengikuti Protokol kesehatan supaya COVID-19 ini cepat berlalu. Terkait Ujian Nasional (UN) yang ditiadakan, pihaknya menyebut tidak ada pengaruhnya dengan kelulusan.

Baca juga:  PTM di Masa Pandemi COVID-19, Jangan Sampai Munculkan Klaster Institusi Pendidikan

Kerena, UN adalah alat ukur untuk masing-masing satuan Pendidikan di tingkat Kab/Kota, Provinsi dan Nasional sesuai dengan kurikulum yang telah diselenggarakan yaitu K13. Untuk itu, nilai-nilai yang akan dipakai acuan untuk kelulusan sesuai dengan edaran Menteri. Yakni untuk SMP adalah nilai raport kelas 7 (semerster 1 dan 2), Nilai Raport kelas 8 (Semester 1 & 2), Nilai Raport kelas 9 (semester 1) ditambah dengan nilai-nilai tugas selama proses Daring, baik itu berupa tugas dan porto polio.

Baca juga:  Imigrasi Bali Deportasi Seorang Pria Kazakhstan

“Mereka harus menyetorkan tugas yang diberikan oleh guru-guru baik on line dan off line. Sudah barang tentu juga, dengan absen kehadiran siswa selama daring yang dibetikan oleh guru. Minimal 60 % mereka mengikuti proses daring dan sikap serta ahlak yang dapat kita pantau melalui daring dan informasi dari masyarajat tentang keberadaan siswa kita di rumah masing-masing. Walaupun mereka belajar dari rumah, kita tetap pantau, sehingga tidak hanya dalam proses pembelajaran tatap mukapun kita pantau. Ini tanggung jawab moral kita selaku pendidik,” tegasnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *