Tenggelam
Evakuasi beras dari kapal Bahtera Sejati yang nyaris tenggelam di perairan Tanjungwangi, Banyuwangi, Rabu (9/8). (BP/udi)
BANYUWANGI, BALIPOST.com – Pengiriman beras Bulog sebanyak 2.750 ton dari Banyuwangi, Jawa Timur ke wilayah NTT terganggu. Pemicunya, kapal Bahtera Sejati pengangkut beras tersebut nyaris tenggelam di perairan Tanjungwangi, Banyuwangi. Setelah empat hari terjebak di air, kapal sarat muatan itu mulai di evakuasi, Rabu (9/8).

Beras yang dimuat dibongkar, dialihkan ke kapal Bahari II. Insiden ini diduga akibat lambung kapal bocor. Sehingga, air merembes ke dalam kapal. Badan kapal miring sekitar 7 derajat. Untungnya, berhasil diselamatkan, tak sampai karam. “Kejadiannya mulai Sabtu (5/8) lalu. Baru bisa kita evakuasi muatannya Rabu siang,” kata Djatmiko, Kasi Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi, Banyuwangi, Rabu siang.

Baca juga:  Mulai Menipis, Stok Beras Pengungsi di Buleleng

Dijelaskan, saat kejadian kapal hendak berlayar menuju NTT. Namun, begitu lepas dari pelabuhan, badan kapal miring. Kondisinya membahayakan. Kapal akhirnya dikandaskan di belakang markas Satpolair Banyuwangi.

Menurut Djatmiko, sejatinya kondisi kapal cukup baik. Namun, saat berangkat, mendadak miring. “Kita evakuasi berasnya ke kapal Bahari II. Kebetulan cuaca cukup baik,” jelasnya.

Sayangnya, muatan beras tak bisa dievakuasi total. Sebab, kapasitas kapal Bahari II hanya 1750 ton. Setelah evakuasi muatan beras, kata Djatmiko, kapal akan dievakuasi juga. “Setelah itu, kita lihat kondisinya. Apa pemicu kebocoran,” jelasnya.

Djatmiko membantah kapal dalam kondisi kelebihan muatan. Justru kata dia muatannya jauh di bawah kapasitas. Kapal itu juga baru pertama kali berlayar dari Banyuwangi.

Baca juga:  Antisipasi Penumpang Pesawat Pindah Jalur Darat, Selat Bali Operasikan 32 Kapal

Sementara itu, Wakil Kepala Perum Bulog Sub Divre Banyuwangi Isha Wiyono membenarkan beras yang nyaris karam adalah milik Bulog. Sedianya, beras itu akan dikirimkan ke tiga pelabuhan di NTT. Masing-masing Ruteng 1000 ton, Labuanbajo 1000 ton dan Waikabubak 750 ton. ” Ini statusnya beras Bulog, bukan subsidi. Nantinya ditampung di gudang Bulog setempat,” kata Isha.

Menurutnya, pengiriman beras itu merupakan kegiatan rutin dari Banyuwangi. Kebetulan, surplus beras hingga 70.000 ton. Sehingga, dikirim ke NTT.

Terkait kapal yang nyaris tenggelam, pihaknya belum mengetahui berapa ton beras yang rusak. “Memang ada air masuk ke kapal. Hanya, belum tentu tembus ke palka. Jadi, belum tahu berapa ton beras yang rusak terkena air, kita tunggu proses evakuasi,” jelasnya.

Baca juga:  2024, Jumlah Penerima Bantuan Beras Jadi 22 Juta

Meski pengiriman beras ngadat, Isha menjamin pasokan beras di NTT tetap normal. Sebab, pasokan yang dikirimkan untuk tambahan stok tiga bulan ke depan yang sudah ada di NTT. Menurut Isha, jika terjadi kerusakan, pihak Bulog menyerahkan pada perusahaan jasa pengiriman. Sebab, wewenang Bulog hanya sampai pintu masuk pelabuhan. Selanjutnya menjadi tanggungjawab jasa pengiriman. Dalam kondisi normal, idealnya, beras tiba di lokasi tujuan sekitar satu minggu. “Tapi, keterlambatan ini tak menganggu pasokan di NTT,” pungkasnya. (budi wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *