Petugas melakukan tracing terhadap kontak erat pasien terkonfirmasi COVID-19. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Peran petugas tracing dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 cukup vital. Mereka termasuk garda terdepan untuk melacak penyebaran dan memiliki risiko tinggi tertular virus ini.

Namun, peran penting dan niat baik mereka ini ternyata tak selalu mendapat tanggapan yang menggembirakan dari masyarakat, seperti diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr. I Nyoman Suratmika, Kamis (25/2). Ia menyebut petugas tracing dan jajarannya masih saja menemui penolakan serta tudingan yang kurang mengenakan dari warga.

“Tim sudah bekerja sangat luar biasa, karena hampir tiap harinya masih ada kasus baru, karena tujuannya hanya untuk melindungi masyarakat,” ucapnya.

Baca juga:  Dugaan Data Meninggal COVID-19 Tak Valid, Ini Penjelasan Jubir Satgas Denpasar

Suratmika menambahkan selama ini petugas tracing yang bekerja di lapangan tak mengenal libur. Begitu ditemukan pasien positif langsung bergerak turun melalukan contact tracing.

Meskipun dalam bertugas selalu mendapat hambatan. Hambatan yang biasanya didapat adalah banyak tersebar berita hoax, masyarakat menganggap virus ini hanya settingan. Dan ini berimbas pada petugas tracing yang sering dibilang melalukan bisnis. “Jadi petugas tracing ini sudah distigma negatif di masyarakat. Namun mereka tetap bekerja karena sudah kewajiban,” terang dr. Suratmika.

Baca juga:  Lima Kecamatan di Tabanan Rawan Penyebaran COVID-19

Dan untuk di kabupaten Tabanan, lanjut kata Suratmika, jumlah tim untuk melacak virus di masyarakat terpenuhi dan tersebar di sepuluh kecamatan. Bahkan, dari pihak aparat keamanan yakni TNI/Polri juga telah melatih anggotanya untuk ikut mendukung kegiatan tracing.

Inilah yang tentunya menjadi kolaborasi dan koordinasi yang baik untuk percepatan penanganan COVID-19 di Tabanan sehingga status zona merah bisa turun menjadi orange, kuning bahkan hijau. “Untuk jumlah petugas tracing terpenuhi dan tersebar di tiap kecamatan,” terangnya.

Baca juga:  Tabanan Tak Lagi Ada di Zona Merah

Tabanan juga mendapat bantuan 100 tenaga kontak tracing dari pusat. Setiap puskesmas dibagi 5 orang petugas tracing. “Sebelum kita dibantu oleh petugas dari pusat, kita memanfaatkan tenaga surveilans seperti bidan desa dan petugas di kecamatan untuk melakukan pelacakan. Jika pun ada kasus positif 1 orang di puskesmas, dan ditangani 5 orang petugas tracing itu sangat cukup, semoga kasus tidak terus meningkat,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *