Menparekraf dan istri berkunjung ke Pameran IKM Bali Bangkit di Art Center, Denpasar pada Sabtu (27/2). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno bersama Ny. Nur Asia Uno berkunjung ke Pameran IKM Bali Bangkit di Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (27/2). Dalam kunjungan tersebut, rombongan Menparekraf didampingi Gubernur Bali Wayan Koster dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster.

Setiba di lokasi pameran, Menparekraf Sandiaga Uno beserta rombongan langsung diarahkan meninjau stand di bawah Gedung Ksirarnawa yang memamerkan produk kerajinan tenun khas Bali. Seperti songket dan endek, serta beragam aksesoris berbahan emas atau perak.

Di sela-sela peninjauan tersebut, Ketua Dekranasda Ny. Putri Koster menerangkan bahwa pameran yang digagasnya ini bertujuan membantu pelaku industri kecil dan menengah (IKM) Bali, bangkit dari keterpurukan karena lesunya penjualan akibat pandemi COVID-19. Lebih dari itu, pemeran ini juga menjadi bagian dari upaya pelestarian kerajinan khas Bali, seperti jenis tenun songket dan endek.

Belakangan, keduanya banyak ditiru dan diproduksi secara massal menggunakan mesin atau dibordir. Istri Gubernur Koster ini, mengatakan harganya yang jauh lebih murah dibanding hasil tenun tradisional, masyarakat kemudian lebih cenderung membeli kain jenis bordir.

Baca juga:  Money Politics

Dengan kata lain, motifnya dijiplak, konsumennya juga diambil. Menyikapi persoalan ini, pihaknya mengambil jalan tengah dengan mengarahkan agar kain bordir motif songket dimanfaatkan untuk busana. Sementara untuk kain kamen, harus menggunakan songket hasil tenun tradisional.

Kepada Menparekraf Sandiaga Uno, Ny. Putri Koster menunjukkan sebuah busana berbahan bordir motif songket. “Seperti ini Pak Menteri, motif songket hasil bordir kita arahkan untuk bahan busana atasan,” terangnya.

Menambahkan penjelasan Ny Putri Koster, Gubernur Wayan Koster menyebut bahwa pameran IKM Bali Bangkit telah memberi kontribusi nyata. Menurutnya, gagasan Dekranasda Bali menggelar pameran ini patut didukung dan diapresiasi karena bertujuan membangkitkan ekonomi masyarakat, khususnya pelaku IKM kerajinan khas Bali yang tersebar di kabupaten/kota. “Prinsipnya, di tengah pandemi kita tak boleh berhenti total tanpa melakukan aktivitas apapun,” ucapnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Dorong Garam Tradisional Bali Dikonsumsi Lebih Masif

Gubernur Koster menambahkan, pemeran IKM Bali Bangkit tahun 2021 yang mulai dilaksanakan sejak 1 Pebruari lalu telah dirasakan manfaatnya oleh 50 IKM yang mengikuti pameran. “Hingga hari ini, nilai transaksi di pameran IKM Bali Bangkit telah mencapai Rp 1,5 miliar. Ini nilai yang lumayan di tengah pandemi. Bayangkan kalau tak ada pameran ini, bisa jadi sebagian perajin tak mendapat jualan sama sekali,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Gubernur Koster yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDIP Provinsi Bali ini menyampaikan terima kasih kepada Menparekraf Sandiaga Uno yang meluangkan waktu untuk mengunjungi pameran. Ia berharap, kunjungan Menparekraf bersama rombongan bisa menjadi motivasi bagi pelaku IKM yang mengikuti pameran. Selain itu, kunjungan Menparekraf juga diharapkan dapat menumbuhkan harapan bagi Bali untuk segera bangkit. “Terima kasih karena memberi perhatian serius bagi upaya pemulihan pariwisata Bali,” ucapnya.

Menanggapi apa yang disampaikan Gubernur dan Ketua Dekranasda Bali, Menparekraf Sandiaga Uno menilai pelaksanaan pameran IKM Bali Bangkit di tengah situasi pandemi merupakan sebuah gagasan brilian. “Di sini saya dapat melihat ekonomi kreatif berbasis budaya Bali, mulai dari hasil tenun hingga kerajinan emas, perak hingga ukiran kayu yang terkurasi dengan baik dan membuka peluang kerja bagi banyak pelaku IKM,” pujinya.

Baca juga:  Terima Kasih Megawati

Selain memberi manfaat ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan di tengah pandemi, ia mendukung upaya pelestarian hasil kerajinan khas Daerah Bali yang menjadi semangat dari pameran ini. Ia melanjutkan, upaya menjaga keaslian produk lokal seperti tenun dan lainnya memang membutuhkan sebuah kebijakan dengan pendekatan yang bisa memastikan kualitas dan keaslian hasil karya tetap terjaga.

“Seperti apa yang disampaikan Ibu Gubernur tentang produksi massal kain bermotif tenun khas Bali yang akhirnya lebih banyak diminati konsumen. Itu seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Budayanya diambil, konsumennya juga direbut. Itu tak boleh dibiarkan,” imbuhnya.

Ia pun menyampaikan dukungan terhadap pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya khas Bali. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *