Masyarakat dibantu petugas dari Dinas PKP Bangli dan Satpol Air Polres Bangli mengangkat bangkai ikan yang mati akibat letupan belerang. (BP/ist)

BANGLI, BALIPOST.com – Letupan belerang yang terjadi di Danau Batur, Kintamani beberapa hari lalu telah menyebabkan ribuan ikan milik warga yang dibudidayakan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) mati. Agar tak mencemari danau, bangkai ikan yang mengapung di permukaan danau diangkat masyarakat dibantu petugas dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, Kamis (4/3).

Sedikitnya delapan ton bangkai ikan berhasil diangkat dari dalam KJA. Pengangkatan bangkai ikan dilakukan di sekitar Desa Buahan, yang merupakan wilayah terparah terdampak letupan belerang.

Bangkai ikan yang berhasil diangkat selanjutnya dikubur di ladang milik masyarakat. Ada juga yang dibawa ke Pengotan untuk diolah menjadi pupuk oleh salah seorang warga di sana.

Baca juga:  Gubernur Koster Dorong Konsultan dan Kontraktor Gunakan Sumber Daya Lokal

Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli I Wayan Sarma mengatakan untuk membantu pengangkatan bangkai ikan, pihaknya menurunkan sekitar 17 orang petugasnya. Pihaknya juga meminta bantuan petugas Satpol Air dalam kegiatan tersebut.

Pembersihan bangkai ikan diupayakan selesai secepatnya. “Kalau hari ini belum selesai, paling tidak besok bisa selesai,” ujarnya.

Disebutkan Sarma, berdasarkan hasil pendataan total jumlah ikan yang mati akibat letupan belerang mencapai 14,3 ton, milik 28 orang pelaku usaha budidaya perikanan di Desa Buahan dan Desa Abang Batudinding. Berdasarkan perhitungan, total kerugian material akibat kematian belasan ton ikan tersebut mencapai sekitar Rp 400 juta.

Baca juga:  Jumlah DPT Pilkada Menurun Dari Pemilu

“Ikan liar juga ada yang mati tapi jumlahnya sedikit. Karena ikan liar kan bebas bergerak kemana saja menjauhi kandungan belerang yang tinggi, kalau ikan dalam KJA kan tidak bisa karena terkungkung,” jelasnya.

Kondisi air danau Batur pada Kamis pagi dikatakan sudah mulai normal. Letupan belerang paling parah terjadi pada Minggu lalu. Cuaca saat itu hujan deras disertai angina kencang dan berkabut.

Dikatakan Sarma, karena ini merupakan fenomena alam, tidak banyak yang bisa dilakukan pihaknya untuk mencegah terjadinya letupan belerang. Pihaknya hanya bisa menghimbau pelaku usaha budidaya ikan di Danau Batur untuk mewaspadai potensi semburan belerang dengan cara menyesuaikan jadwal tebar benih ikan.

Baca juga:  Populasi Ikan di Danau Batur Terancam

Imbauan rutin disampaikan melalui surat edaran. Biasanya letupan belerang akan muncul pada Januari sampai dengan Maret dan Juli sampai Agustus. “Sesungguhnya masyarakt sudah akrab dengan fenomena alam itu dan sudah melakukan antisipasi. Kalau tidak antisipasi, bisa saja ikan yang mati lebih banyak dari sekarang. Tapi ada juga yang mencoba gambling karena pada tahun lalu tidak terjadi semburan belerang,” kata Sarma.

Dia menambahkan kematian ikan akibat letupan belerang di Danau Batur tidak berdampak terhadap penjualan ikan di pasaran. Harga ikan masih stabil di angka Rp 28-30 ribu per kilogram. “Tergolong bagus,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *