Ilustrasi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tambahan korban jiwa COVID-19 di Bali pada Kamis (5/3) mencapai rekor baru dengan jumlah 17 orang. Kumulatif korban jiwa COVID-19, setelah hampir 1 tahun diumumkannya kasus COVID-19 dan juga korban jiwa pertama di Bali pada 11 Maret 2020, mencapai 964 orang (2,74 persen).

Terdapat 960 WNI dan 4 WNA menjadi korban akibat virus corona ini di Bali. Bahkan jika dilihat secara persentase, jumlah kematian di Bali lebih tinggi dari nasional yang kini mencapai 2,71 persen dan dunia yang mencapai 2,22 persen dari total kasus.

Dilihat dari sebarannya di data Satgas Penanganan COVID-19 Bali, lima besar kabupaten/kota yang melaporkan korban meninggal adalah Denpasar 208 orang, Badung 160 orang, Gianyar 127 orang, Tabanan 118 orang, dan Buleleng 98 orang. Posisi keenam hingga sembilan adalah Karangasem 72 orang, Jembrana 69 orang, Bangli 66 orang, dan Klungkung 38 orang. Terdapat pula 4 korban jiwa dari kabupaten lain.

Baca juga:  Penguncian Brisbane akan Diakhiri

Sementara per Kamis, jumlah kumulatif kasus COVID-19 mencapai 35.165 orang. Dari total kasus yang ditangani itu, sebanyak sebanyak 32.121 orang (91,34 persen) sudah sembuh dan 2.080 orang (5,91 persen) masih menjalani perawatan dan karantina.

Soal kasus kematian yang masih relatif tinggi ini, Presiden Joko Widodo dalam pernyataan yang diunggah melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/3) mengakuinya. Ia menyebut pemerintah masih harus berupaya keras untuk menekan tingkat kematian yang disebabkan oleh virus korona tersebut. “Ini yang harus kita perhatikan dan kita harus bekerja keras agar angka kematian di Indonesia bisa berada di bawah angka rata-rata kematian dunia. Tapi angka kematian ini sudah jauh membaik dibandingkan di awal penanganan Covid. Saya kira kerja keras kita selama ini memberikan hasil yang baik,” tandasnya.

Baca juga:  Kelurahan Sumerta Amankan 17 Orang Tanpa Identitas

Ia menyebutkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang mengiringi kebijakan vaksinasi massal terus berlanjut. Terkini, pemerintah berfokus pada pembatasan dalam skala mikro yang berdasarkan hasil evaluasi memberikan hasil yang cukup baik.

Selama PPKM skala mikro tersebut, posko-posko penanganan COVID-19 di tingkat desa dan kelurahan tampak semakin aktif untuk mencegah penularan. Komunikasi antarwilayah juga berangsur berjalan dengan baik disertai dengan gotong royong antara masing-masing desa dan kelurahan yang berujung pada penurunan kasus mingguan.

“Penambahan kasus mingguan di tujuh provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Bali kelihatan sekali trennya menurun. Ini sangat bagus,” ujarnya.

Berdasarkan sejumlah parameter penanganan pandemi, per 3 Maret 2021 kasus aktif di Indonesia berada pada angka 11,11 persen. Sementara kasus aktif dunia berada di angka 18,85 persen. Artinya, kasus aktif di Indonesia masih lebih rendah dari rata-rata kasus aktif dunia.

Baca juga:  Tuna Daksa Dibantu Kursi Roda, Bupati Ingatkan Terapkan Protokol Kesehatan

Demikian halnya dengan rata-rata angka kesembuhan di mana pada waktu yang sama angka kesembuhan di Indonesia berada pada 86,18 persen. Adapun rata-rata kesembuhan dunia berada di angka 78,93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesembuhan dari Covid-19 di negara kita lebih baik dibandingkan rata-rata kesembuhan dunia.

“Perlu juga saya informasikan mengenai positivity rate di Indonesia. Di akhir Januari 2021 itu berada di angka 36,19 persen. Kemudian turun di 2 Maret (2021) ini, berada di angka 18,6 persen. Ini kita harapkan juga semakin turun, turun, dan turun lagi,” imbuhnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *