Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (dua dari kiri) menyerahkan perlengkapan pelatihan pada kegiatan Sekolah Lapang Geofisika (SLG) di Gunungkidul DI Yogyakarta, Selasa (16/3). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Peta evakuasi sebagai upaya mitigasi jika bencana alam tersebut sewaktu-waktu terjadi sangat penting dimiliki oleh masyarakat di Desa atau kelurahan yang rawan tsunami. Untuk itu, desa sudah harus mulai menyusun peta desa, karena yang evakuasi adalah warga setempat jadi mudah dipahami, kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat membuka kegiatan Sekolah Lapang Geofisika, Selasa (16/3) dikutip dari kantor berita Antara.

Peta di level desa atau peta mikro tersebut menjadi peta operasional, sedangkan peta yang disiapkan BMKG sebagai peta rencana bisa menjadi referensi masyarakat. “Peta yang dibuat pemerintah daerah juga harus dicocokkan dengan peta desa, dicek apakah peta sudah ada jalur evakuasinya,” tambah dia.

Baca juga:  Tiga Patahan Ditemukan, Buleleng Rawan Gempa dan Tsunami

Selain menyiapkan peta dan jalur evakuasi, juga perlu dibuat rencana kontijensi dan memperkuat tim siaga bencana di tingkat desa dengan sering berlatih dan simulasi, juga melengkapi sarana dan prasarana evakuasi. Menurut dia, latihan evakuasi mandiri juga perlu sering dilakukan agar masyarakat terlatih untuk menyelamatkan diri, sedangkan pemerintah menyiapkan sarana dan prasarananya.

Hal senada disampaikan Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan bahwa sebelum bencana terjadi ada upaya-upaya yang bisa dilakukan, yaitu kesiapsiagaan dan mitigasi dengan memahami risiko sekitar. “Latihan-latihan, simulasi dan sosialisasi harus terus dilakukan, sehingga masyarakat sudah memahami jika terjadi tsunami apa yang harus dilakukan, termasuk menyiapkan rencana evakuasi di level desa dan kelurahan yang rawan tsunami,” katanya.

Baca juga:  Bahayakan Penerbangan, Awan CB Berpotensi Terjadi di Sejumlah Wilayah Ini

BMKG menggelar Sekolah Lapang Geofisika (SLG) secara nasional di 30 lokasi, salah satunya di DI Yogyakarta selama dua hari pada 16-17 Maret 2001 sebagai upaya meningkatkan pemahaman produk informasi serta membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami.

Selain membangun sikap tanggap gempa bumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah yang berada di wilayah potensi gempa bumi dan tsunami, SLG juga bertujuan untuk menguatkan koordinasi antara UPT Geofisika sebagai perpanjangan tangan BMKG pusat dengan stakeholder BMKG di daerah. Serta menguatkan peran BPBD sebagai simpul utama rantai komunikasi di daerah dalam memberikan informasi dan arahan yang benar kepada masyarakat dan SKPD terkait peringatan dini tsunami. (kmb/Balipost)

Baca juga:  Pascagempa di Banten, Operasional Bandara Soetta Normal
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *