MANGUPURA, BALIPOST.com – Pascakedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau pelaksanaan vaksinasi massal di Bali, pelaku pariwisata semakin percaya diri untuk menerima kunjungan wisatawan (open border). Hal ini, menurut Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali, Yoga Iswara, karena ada tiga amunisi yang dimiliki.
Ia memaparkan ketiga amunisi itu adalah verified (verifikasi), certified (sertifikasi), dan pelaksanaan vaksinasi. Menurut Yoga Iswara, pelaku pariwisata pada Mei – Juni 2020 telah diverifikasi menerapkan protokol kesehatan dan CHSE, kemudian telah mendapatkan sertifikat Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE) yang merupakan program Menparekraf. Pelaku pariwisata juga tengah dilakukan vaksinasi agar kekebalan terhadap COVID-19 terbentuk. “Tiga amunisi tersebut merupakan amunisi kuat untuk menumbuhkan kepercayaan dan confident negara lain untuk bangkit,” tegasnya.
Yang harus dilakukan saat ini, kata dia, mendukung kelancaran vaksinasi tidak saja pada pelaku pariwisata, tapi juga penduduk Bali dengan cakupan 70 persen atau 2,8 juta penduduk. Dengan vaksinasi dan menjadikan tiga kawasan yaitu Sanur, Ubud dan Nusa Dua zona hijau, Bali bisa dibuka untuk luar negeri pada Juni-Juli 2021. “Ini yang memberi semangat untuk upaya kebangkitan pariwisata Bali. Kami berharap, ini bisa terjadi, terealisasi dan bisa dijadikan guideline yang jelas,” katanya.
Menurut Yoga Iswara, pembukaan perbatasan (open border) untuk internasional memang harus dilakukan secara berhati-hati. Maka dari itu, tiga kawasan itu yang menjadi fokus untuk dijadikan zona hijau. “Jika semua indikator kasus COVID-19 landai, tidak ada hal-hal yang khusus terjadi, Juni-Juli 2021 akan buka untuk luar negeri di tiga area, Ubud, Sanur, Nusa Dua. Jadi, tiga kawasan itu starting point untuk memberlakukan open border,” ujarnya.
Difokuskannya border internasional untuk tiga kawasan itu, menurutnya memang perlu dimulai dari beberapa titik saja. Dengan begitu akan bisa dipastikan kesiapan yang lebih untuk menghindari terjadinya klaster-klaster baru. “Kawasan-kawasan yang berhasil, bisa di-copy paste (ditiru) oleh kawasan lain. Tidak hanya tiga titik, tapi Bali secara keseluruhan dan bertahap,” tegasnya.
Menurut Yoga Iswara, pelaku usaha lain di luar tiga kawasan tersebut akan bisa memahami karena kondisi pandemi. Sehingga akan ada ukuran parameter keberhasilan open border dengan melihat evaluasi pada tiga kawasan tersebut. “Wacana ini harus dilihat secara positif dan dibiarkan mengalir. Tentunya, open border pada tiga wilayah tersebut perlu pengawasan dan evaluasi sehingga jika berhasil, bisa dilanjutkan dengan daerah lain,” ujarnya.
Yoga Iswara mengatakan, pelaku pariwisata saat ini sedang giat mendukung program vaksinasi. Cakupan vaksin yang sebelumnya ditargetkan dilakukan 11 bulan, dapat dilakukan dalam waktu 3-4 bulan. (Citta Maya/balipost)