Oleh John de Santo
Menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19, Kemendikbud menerbitkan Keputusan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum darurat ini dimaksukan untuk menyederhanakan kurikulum nasional dan memberi fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai kebutuhan pembelajaran.
Sederhananya, modul pembelajaran kurikulum darurat mengutamakan tiga kompetensi yakni: literasi, numerasi dan penguatan karakter. Menurut penulis, penguatan karakter harus menjadi prioritas di masa krisis ini.
Menurut The Free Dictionary, ‘character building is to improve certain good or useful traits in a person’s character, especially: self-reliance, endurance, and courage. Penguatan karater adalah upaya meningkatkan sifat-sifat yang baik dan bermanfaat pada diri seseorang, utamanya kemandirian, daya tahan, dan keberanian. Mari kita membahas ketiga sifat itu. Pertama, kemandirian (self reliance). Yang dimaksudkan dengan kemandirian adalah kebutuhan orang untuk menolak mengikuti komformitas dan konsistensi palsu, tapi sebaliknya memilih mengikuti naluri dan gagasan-gagasannya sendiri (Ralph Waldo Emerson, 1941).
Sebagai contoh, untuk melatih kemandiran anak-anak dibiasakan untuk membenahi tempat tidur sendiri, menyiapkan sekaligus merapikan peralatan belajar sendiri, mencuci piring sendiri, dan menyusun jadwal acara sendiri. Sesekali mereka didorong untuk melakukan pekerjaan seperti menyapu halaman, membersihkan kamar mandi atau memasak untuk kepentingan bersama. Melalui cara ini, perlahan-lahan anak menjadi mandiri.
Ciri pribadi mandiri adalah orang yang percaya kepada kemampuan sendiri dan sanggup melakukan segala sesuatu tanpa harus selalu mengandalkan bantuan orang lain. Kedua, daya tahan (endurance). Daya tahan adalah kekuatan untuk bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Kita bisa belajar tentang daya tahan dari para atlit pelari marathon atau petinju. Melalui latihan, mereka berusaha menaklukkan keinginan untuk menyerah sebelum sampai di garis finis atau sebelum wasit menghentikan pertandingan.
Selama masa krisis orangtua dapat menjadi teladan dalam kualitas yang satu ini. Perlu kita ingat, anak sering ogah mendengarkan nasihat orangtua, tetapi mereka selalu memperhatikan apa pun yang orangtua lakukan. Ketika daya tahan berhasil dibentuk sebagai watak, maka kegiatan sehari-hari seperti tuntutan belajar tinggal di rumah, kesepian karena belum bertemu teman-teman dan guru, semua itu bisa diatasi tanpa mengeluh atau mengumpat. Bukankah menghadapi kesulitan hidup sambil tetap menjaga keseimbangan emosi, tak hanya untuk mendidik, tapi juga untuk meningkatkan imunitas tubuh yang sangat diperlukan untuk menangkal virus?
Ketiga, keberanian (courage). Sebuah ungkapan berbunyi, Courage is not the absence of fear. It’s the ability to take action despite your fear. Keberanian bukan berarti tiadanya ketakutan. Keberanian adalah kemampuan untuk bertindak meskipun takut. Sifat ini biasanya muncul pada orang yang memiliki kekuatan mental atau moral untuk menghadapi bahaya dan bertahan dalam kesulitan sekalipun takut. Selama pandemi ini, kita menyaksikan bagaimana para tenaga kesehatan (nakes) mengalahkan ketakutan untuk melayani para pasien.
Pandemi Covid-19 menghadapkan kita pada berbagai persoalan rumit dalam hidup, mulai dari persoalan kesehatan, ekonomi hingga sosial. Dalam pertempuran melawan Covid-19, setiap orang terpanggil untuk memainkan peran masing-masing, entah sebagai naker, sebagai periset, siswa, guru, supir, tukang ojol, polisi, dll. Untuk menjalankan tugas masing-masing di masa krisis ini, kita butuh keberanian.
Penulis dosen ASMI Santa Maria Yogyakarta; Pengasuh Rumah Belajar Bhinneka