DENPASAR, BALIPOST.com – Bali kini hidup tanpa parwisata. Adanya wacana Bali akan dibuka untuk wisatawan mancanegara (wisman) ditanggapi biasa oleh pelaku pariwisata.
Pengamat ekonomi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Ramantha mengatakan, wajar pelaku industri pariwisata bersikap menerima kondisi saat ini. Bukan berarti pesimis atau pasrah, namun bagi kalangan pariwisata saat ini mengikuti kebijakan pemerintah dan alur pemulihan ekonomi sudah menjadi satu persepsi di antara keduanya.
“Bukan pesimis, tapi ini langkah cerdas telah menjadi satu persepsi dengan pemerintah. Kita akan amat sangat ketergantungan pada kondisi kesehatan saat ini. Kalau Covid-19 teratasi, pemerintah akan sangat objektif melihat itu dan akan merencanakan untuk buka. Seandainya di dalam negeri itu masih tinggi kasusnya, oleh pemerintah dibuka, ujung-ujungnya akan membahayakan dunia usah dan ekonomi Bali akan kembali stuck,” ujar Ramantha, Senin (5/4).
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Undiknas Prof. I.B. Raka Suardana mengatakan, pemerintah sedang berupaya untuk memulihkan kesehatan, salah satunya dengan vaksinasi. Baginya, upaya ini harus diyakini akan berhasil. “Memang perlu mental yang luar biasa tangguh dalam menghadapi pandemi ini, karena vaksin telah diprioritaskan untuk Bali,” katanya.
Raka Suardana menambahkan, memberi penghidupan pada pariwisata Bali juga dilakukan pemerintah dengan mendatangkan wisatawan Nusantara ke Bali. Hanya saja, beberapa kebijakan yang sebelumnya menambah beban pelaku pariwisata karena adanya persyaratan rapid test antigen dan swab, kini telah diringankan dengan adanya GeNose. “Saya berharap momen-momen liburan seperti hari raya keagamaan, dan libur nasional dapat mendorong perlintasan orang terutama ke Bali. Kebijakan pemerintah terkait hal tersebut juga diharapkan berpihak pada pariwisata Bali,” tegasnya.
Raka Suardana menambahkan, tahun 2021 adalah fase membentuk herd immunity masyarakat Bali. Meskipun telah divaksinasi, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dan tetap menerapkan protokol kesehatan mengingat kekebalan terbentuk sekitar lebih dari satu bulan, sehingga menjaga diri adalah hal yang utama agar dapat juga menjaga orang lain.
Selain itu, kata dia, destinasi wisata yang ada di Bali juga diharapkan dapat dibuka, terutama destinasi wisata yang berkonsep open air. Menurutnya, ruang terbuka lebih minim risiko daripada destinasi wisata indoor.
Dengan dibukanya tempat wisata berkonsep ini, wisatawan lokal juga dapat bergerak sehingga ekonomi bisa sedikit menggeliat. “Jangan sampai pelaku pariwisata menyerah karena memang ini cobaan berat. Jangan menyalahkan siapa-siapa, termasuk pemerintah karena pemerintah juga tidak punya uang saat ini,” katanya mengingatkan.
Raka Suardana menambahkan, pemerintah pusat telah menggelontorkan dana Rp 1,1 triliun untuk pariwisata Bali pada tahun 2020 lalu. Salah satu tujuannya untuk merawat pariwisata Bali, karena disadari pengusaha telah kehabisan uang. Setelah pandemi ini, ia yakin pariwisata akan kembali booming karena orang akan “balas dendam” untuk bepergian setelah setahun lebih lockdown di negaranya. (Citta Maya/balipost)