Seorang warga sedang membersihkan kandang babinya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Populasi babi di Bali saat ini menurun drastis jika dibandingkan dua tahun lalu. Gabungan Usaha Peternak Babi (GUPBI) Bali menyebut populasi babi saat ini hanya 10 persen atau sekitar 9 ribu – 10 ribu dari 988 ribu pada 2 tahun lalu.

Ketua GUPBI Bali Ketut Hari Suyasa, Rabu (7/4) memprediksi kelangkaan babi ini akan membuat kenaikan harga menjelang Galungan. Ia memperkirakan harga babi hidup Rp 45 ribu – Rp 47 ribu per kg dan daging babi Rp 90 ribu – Rp 100 ribu per kg.

Baca juga:  Badung Memperingati Hari Kopi Sedunia

Kelangkaan populasi babi ini diharapkan menjadi perhatian pemerintah untuk mengantisipasi kelangkaan babi saat perayaan Galungan.Ia menyarankan agar pemerintah menjaga stok babi di Bali dengan mencegah pengiriman ke luar Bali. “Khusus hari raya ini, saya mengimbau agar sementara menjaga stok babi di Bali untuk idealisme menjaga budaya Bali tidak hanya profit oriented,” tandasnya.

Menurutnya, sektor pariwisata bukan satunya yang harus diperhatikan. Tapi juga pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan. Seperti Yogyakarta merupakan wilayah pariwisata tapi juga menggerakkan sektor lain seperti pendidikan dan industri kreatif.

Baca juga:  Daging Babi Ilegal Banyak Beredar, Harga Ternak Anjlok hingga Tingkat Terendah

Pandemi diharapkan menjadi pembelajaran bahwa pertanian dalam arti luas bisa menjadi unggulan untuk menggerakan ekonomi. Salah satunya peternakan babi bisa menjadi sektor yang diunggulkan. “Banyak masyarakat yang bergerak ekonominya karena babi. Banyak yang bergerak di sektor itu,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *