NEW DELHI, BALIPOST.com – Lonjakan kasus COVID-19 di India belum mereda. Dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (8/4), India melaporkan rekor lonjakan 126.789 kasus COVID-19 saat sejumlah negara bagian berjuang mencegah lonjakan infeksi kedua.
Negara itu juga mengeluhkan kelangkaan vaksin dan meminta vaksinasi diperluas hingga menjangkau kaum muda. Infeksi harian, yang pertama kalinya menembus angka 100.000 pada Senin (5/4), kini melampaui jumlah itu tiga kali, lonjakan harian tertinggi di dunia.
Lonjakan, yang jauh lebih cepat dibandingkan gelombang pertama tahun lalu, mengejutkan otoritas. Pemerintah menyalahkan kerumunan dan keengganan penggunaan masker saat toko dan kantor dibuka sebagai biang keladi lonjakan infeksi.
Selandia Baru pada Kamis untuk sementara melarang masuk semua pendatang asal India, termasuk warga negaranya, selama sekitar dua pekan.
Dengan total 12,9 juta kasus COVID-19, India menjadi negara paling parah terdampak pandemi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brazil.
Kematian COVID di India bertambah 685 orang –tertinggi dalam lima hari– menjadi 166.862 jiwa, menurut data Kementerian Kesehatan.
Pusat vaksinasi di sejumlah negara bagian, seperti Maharashtra yang paling terpukul, ditutup lebih awal dan menyuruh warga pulang karena kehabisan vaksin. Negara Bagian Odisha mengaku telah menutup sebagian lokasi vaksinasi.
“Akibat kelangkaan vaksin, maka kami menunda vaksinasi di rumah sakit pemerintah dan swasta sampai pasokan tersedia,” kata otoritas setempat di Kota Panvel dekat Mumbai –kota pusat keuangan India– di Maharashtra.
Pusat vaksinasi di distrik Satara juga ditutup sejak Rabu, kata pejabat tinggi pemerintah, Vinay Gowda.
Serum Institute of India, yang memasok sekitar 90 persen dari 88 juta dosis vaksin yang diberikan di negara tersebut, meminta hibah federal 400 juta dolar AS (sekitar Rp 5,81 triliun) untuk meningkatkan kapasitasnya memproduksi vaksin AstraZeneca.
India juga menggunakan vaksin lokal yang dikembangkan oleh salah satu institut pemerintah dan Bharat Biotech, yang kini sedang berusaha keras menggenjot produksi vaksin. (kmb/balipost)