Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST. com – Prediksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 direvisi menjadi 5,7 persen atau lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Yaitu sebesar 5,1 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini tumbuh 5,7 persen akan didorong oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China yang berlangsung lebih cepat dibandingkan negara lainnya.

“Perekonomian global diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya dengan proses pemulihan global yang semakin tidak merata antarnegara,” katanya dikutip kantor berita Antara, Selasa (20/4).

Perry mengatakan perbaikan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan semakin kuat sejalan dengan proses vaksinasi yang berjalan lancar dan tambahan stimulus fiskal yang lebih besar.

Baca juga:  Gubernur Koster Pastikan Desain Pengembangan Pelabuhan Benoa Sesuai Kearifan Lokal Bali

Sementara pemulihan ekonomi untuk China yang lebih tinggi ditopang oleh perbaikan permintaan domestik dan global.

Tak hanya itu, pemulihan ekonomi global yang lebih tinggi terkonfirmasi oleh perkembangan sejumlah indikator dini pada Maret 2021 seperti Purchasing Managers’ Index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel di beberapa negara yang terus meningkat.

Perry menuturkan volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga terus meningkat sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara berkembang yang lebih tinggi termasuk Indonesia.

Baca juga:  2022, Kredit Perbankan Diperkirakan Tumbuh hingga 8 Persen

Di sisi lain, ia menilai ketidakpastian pasar keuangan dan volatilitas yield UST masih berlangsung seiring lebih baiknya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan persepsi pasar terhadap arah kebijakan The Fed.

Menurutnya, perkembangan ini berpengaruh terhadap aliran modal masuk ke sebagian besar negara berkembang yang lebih rendah, dan berdampak pada tekanan mata uang di berbagai negara tersebut termasuk Indonesia.

Ia menyebutkan nilai tukar rupiah per 19 April 2021 tercatat depresiasi 1,16 persen secara rerata dan 0,15 persen secara point to point dibandingkan dengan level akhir Maret 2021.

Baca juga:  Putus Penyebaran COVID-19, Pelaku Usaha Atraksi Wisata dan Rekreasi Siap Implementasikan Protokol K4

Perkembangan tersebut terjadi seiring masih berlangsungnya ketidakpastian pasar keuangan yang menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik.

Dengan perkembangan ini, rupiah sampai 19 April 2021 tercatat depresiasi sekitar 3,42 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020 atau relatif lebih rendah dibanding negara berkembang lain seperti Brazil, Turki, dan Thailand.

“BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” tegasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *