Prof. Wiku Adisasmito. (BP/kmb)

JAKARTA, BALIPOST.com – Perkembangan peta zonasi risiko mingguan per 25 April 2021, mencatatkan penambahan jumlah daerah zona merah atau risiko tinggi. Sedangkan zona kuning atau risiko sedang mengalami penurun jumlahnya.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers terkait evaluasi mingguan, meminta semua pemerintah daerah mengantisipasi perkembangan peta zonasi risiko jelang libur lebaran Idul Fitri. Perkembangan minggu ini, zona merah meningkat dari 6 menjadi 19 kabupaten/kota, zona oranye bertambah sari 322 menjadi 340 kabupaten/kota dan zona kuning menurun dari 177 menjadi 146 kabupaten/kota dan pada zona hijau tidak ada kasus baru tetap 8 kabupaten/kota serta tidak terdampak tetap 1 kabupaten/kota.

“Seharusnya zona merah dan oranye selalu kita upaya agar jumlahnya dapat turun,” katanya saat menyampaikan perkembangan penanganan COVID-19, Selasa (27/4) disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia.

Peningkatan zona merah ini dikarena ada 14 kabupaten/kota yang berpindah dari zona oranye. Kabupaten/kota tersebut tersebar di provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bali dan Kalimantan Selatan.

Pada zona oranye dikontribusikan karena ada 53 kabupaten/kota yang berpindah dari zona kuning. Dan kabupaten/kotanya didominasi dari Sumatera Utara (12), Aceh (8), Sulawesi Tenggara (6).

Baca juga:  Hari Ini, Enam Wilayah Sumbang 85 Persen Tambahan Kasus COVID-19

Untuk itu, seluruh gubernur, maupun bupati/walikota diminta segera melakukan pembentukan dan mengoptimalkan posko COVID-19 dalam mengantisipasi tradisi mudik. Dan jika ada kendala, diminta berkoordinasi dengan pusat. Sehingga solusi dapat diberikan jika ada kendala dalam pembentukan dan operasional posko, utamanya terkait dasar hukum dan anggaran.

“Tanpa adanya posko, sulit untuk daerah mengantisipasi potensi lonjakan kasus dalam periode Idul Fitri,” pungkasnya.

Perkembangan terkini pada kasus positif COVID-19, per 26 April 2021 terjadi penambahan harian pasien terkonfirmasi positif sebanyak 5.944 kasus dengan jumlah kasus aktif ada 100.652 kasus atau persentasenya 6,1% dibandingkan rata-rata dunia 13,1%. Jumlah kesembuhan sebanyak 1.501.715 kasus atau telah menembus angka 91,2% dibandingkan rata-rata dunia 84,8%. Pada kasus meninggal sebanyak 44.771 kasus atau 2,7% dibandingkan rata-rata dunia 2,1%.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyoroti perkembangan pada jumlah kasus meninggal. Karena pasien meninggal terus bertambah, dan angka persentasenya sebesar 2,7%, telah bertahan lebih dari 2 bulan atau sejak awal Februari 2021.

Padahal, jika membandingkan dengan persentase kesembuhan dan kasus aktif yang membaik, persentase kematian harusnya dapat diturunkan. “Penurunan persentase dapat terjadi apabila kasus positif baru dapat seluruhnya sembuh. Kita tidak boleh hanya melihat pada kasus aktif dan kesembuhannya saja, tetapi juga perlu mewaspadai angka kematian yang tinggi dari beberapa provinsi,” sebut Wiku.

Baca juga:  Bali Tetap di 10 Besar Kontributor Kasus COVID-19, Tambahan Kasus Harian Nasional Juga di Atas 4000 Orang

Melihat perkembangan pada minggu ini, kenaikannya mencapai 29,2%. Tingginya angka kematian ini dikontribusikan 5 provinsi, yakni Jawa Tengah naik 178 (125 vs 303), Sumatera Selatan naik 25 (29 vs 54), DKI Jakarta naik 20 (75 vs 95), Jawa Barat naik 18 (130 vs 148) dan Aceh naik 15 (5 vs 20). Kelima provinsi ini diminta segera mengevaluasi penanganannya. Kabupaten/kota yang menyumbangkan angka kematian terbesar harus segera diidentifikasi.

Pemerintah daerah setempat diminta segera melakukan perbaikan pada kualitas penanganan pasien positif, utamanya pada gejala sedang dan berat. Upaya testing dan tracing pun harus ditingkatkan untuk mengidentifikasi penularan sejak dini.

Dan Pemda setempat diminta terus berkoordinasi data daerah dan pusat agar dapat tecapai sinkronisasi data yang baik. Sehingga kenaikan angka kematian mingguan tidak bisa ditoleransi. Mengingat saat ini tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan atau BOR (bed occupancy ratio), tidak menunjukkan kenaikan.

Baca juga:  Berlaku Seluruh Indonesia, PPKM Mikro Diperpanjang Lagi untuk Optimalkan Penanganan COVID-19

Dan angka kasus aktif secara nasional juga menurun. “Apabila rumah sakit menghadapi kendala atau kesulitan dalam mengahadapi kasus COVID-19, harap segera menghubungi Kementerian Kesehatan agar diberi bantuan segera,” pesan Wiku.

Disamping itu, pada penambahan kasus positif minggu ini terbilang cukup baik. Ditandai menurunnya kembali penambahan angka kasus positif. Minggu ini penambahannya menurut menjadi 1,4% dari minggu sebelumnya sebesar 14,1%. Dan secara per provinsi, kenaikan kasus tertinggi mingguan berada di Riau naik 930 kasus (1.888 vs 2.818), Sumatera Barat naik 758 (1.068 vs 1.826), Kep. Bangka Belitung naik 408 (884 vs 1.292), NTT naik 353 (424 vs 777) dan Sumatera Selatan naik 237 (568 vs 805).

Selanjutnya, pada perkembangan kesembuhan minggu ini naik 0,9%. Ada 5 provinsi yang mencatatkan angka kenaikan tertinggi yaitu Jawa Barat naik 2.386 (5.181 vs 7.567), Kep. Bangka Belitung naik 622 (425 vs 1.046), Riau naik 351 (1.246 vs 1.597), Kep. Riau naik 239 (147 vs 386) dan Kalimantan Utara naik 208 (468 vs 676). (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *