AMLAPURA, BALIPOST.com – Nekat melakukan pendakian di Gunung Agung dengan perlengakapan seadanya menjadi petaka bagi Suuhins Gugi (19). Bule asal Jerman itu mengalami kram ketika berada di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Uniknya, turis yang melakukan pendakian Senin (21/8) dini hari itu minta dievakuasi menggunakan helikopter.
Permintaan nyeleneh itu dilontarkan kepada tiga orang pemandu lokal yang mengantarnya mendaki. Korban bahkan sempat marah-marah karena sang pemandu memberi jawaban yang berbeda dengan harapannya. Ketiga pemandu lokal itu mengatakan tak ada helikopter terlebih kondisi cuaca yang sangat tidak mendukung. Usut kali usut, korban yang menginap di Hotel Serala, Kuta, ternyata mengeluarkan uang banyak kepada agen perjalanan wisata yang memfasilitasi kunjungannya ke Gunung Agung.
Korban melakukan pendakian bersama tujuh orang temannya, mulai sekitar pukul 02.00 wita, dari Pos Pendakian Pura Pasar Agung, Desa Sebudi, Kecamatan Selat. Rombongan tersebut diantar tiga orang pemandu yaitu Nyoman Kariasa (45) asal Banjar Sebun serta Made Laba (40) dan Wayan Darta (31) asal Banjar Sogra.
Ketika korban kram, ketiga pemandu tersebut sudah berusaha memberikan pertolongan dengan mengurut kedua kaki korban dengan balsam. Namun karena kramnya parah, korban disarankan tak melanjutkan pendakian. Dengan tertatih-tatih korban pun turun ditemani kariasa dan Laba, sedangkan ketujuh rekannya melanjutkan naik diantar Darta.
Setelah turun sampai di ketinggian 2.400 mdpl, proses evakuasi kemudian dibantu Tim SAR Gabungan dari Kantor SAR Karangasem, BPBD Karangasem, Polsek dan Koramil Selat dan relawan lainnya. ‘’Kejadiannya sekitar pukul 07.00. Sekitar 15 lagi seharusnya sudah sampai di puncak,’’ terang Darta.
Tim SAR Gabungan mulai naik sekitar pukul 09.30 wita yang terbagi menjadi tiga tim. Sekitar pukul 12.15 wita, korban yang hanya mengenakan celana trening dan kaos oblong lengan panjang berhasil di evakuasi ke Pos Pasar Agung. Saat itu korban masih gemetaran dan sempat mendapatkan penanganan oleh dr Ayu Rika dari Puskesmas Selat. ‘’Medan Gunung Agung sulit, saya yang salah, ceroboh,’’ selorohnya sambil memeluk kedua pemandu yang telah memandu dan menolongnya selama melakukan pendakian.
Kepala Pos SAR Karangasem, Wayan Suwena, mengatakan, evakuasi memang tak mungkin menggunakan helikopter. Cuaca berkabut dan pohon-pohon yang menjulang tinggi sangat beresiko.
Kedongkolan korban menyangkut cara evakuasi baru terobati setelah mendapat penjelasan dari Ketua Pokdarwis Pendakian Gunung Agung, Wayan Widiasa alias Botak. Namun demikian korban dan rekan-rekannya tetap merasa dirugikan. Ternyata rombongan turis Jerman itu telah menjadi korban permainan agen. Mereka membayar mahal dengan harapan mendapat fasilitas termasuk ketika mengalami masalah, namun kabarnya mereka malah di over ke sub agen sampai tiga kali.
Wayan Widiasa memang kerap terjadi salah paham antara pemandu dan wisatawan, terlebih kalau perjalanan dan pendakian ke Gunung Agung sudah termasuk paket tour. Pihaknya mengaku sudah berusaha memberi pelayanan terbaik namun diakui Pokdarwis juga memilik kekurangan baik dari sisi kemampuan teknis maupun bahasa. ‘’Yang bisa bahasa Ingris hanya dua persen, sedangkan yang punya sertifikat kompetensi baru 12 orang,’’ jelasnya. (kmb/balipost)