Kelompok Pembudidaya ikan (pokdakan) Tabanan saat melakukan budidaya ikan nila. (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Tingkat konsumsi ikan di kabupaten Tabanan dari hasil riset dinilai masih rendah, atau hanya 32, 4 kilogram perkapita pertahun, dan masih jauh dibawah propinsi Bali di angka 38,8 kilogram perkapita pertahun dan Nasional 59 perkilogram perkapita pertahun. Ini tentu saja menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Tabanan khususnya untuk Tabanan era Baru, mengingat untuk hasil perikanan tangkap di Tabanan cukup melimpah rata-rata 750 ton pertahun, belum lagi perikanan budidaya yang mencapai 3.500 ton pertahun.

Bupati Tabanan, DR. I Komang Gede Sanjaya disela-sela acara gerakan makan ikan, Kamis (29/4) menyampaikan, untuk bisa lebih meningkatkan tingkat konsumsi ikan di kalangan masyarakat Tabanan khususnya ibu hamil dan anak-anak, tentunya sektor perikanan akan lebih dikuatkan khususnya dalam program atau gerakan yang lebih massif lagi dari hulu, tengah sampai hilir. Salah satunya melakukan edukasi pentingnya konsumsi ikan untuk mencegah gizi buruk ataupun stunting.

Baca juga:  Debat Pertama, Dua Paslon Pilgub Bali Adu Gagasan Pariwisata Berkelanjutan

“Meski Tabanan sudah terlepas dari persoalan gizi buruk dan stunting, tentunya masih perlu dijaga. Edukasi manfaat konsumsi ikan akan terus digencarkan dengan menggandeng OPD terkait dan kepala desa, apalagi hasil perikanan di Tabanan cukup melimpah tidak hanya tangkapan hasil laut juga ada ikan tawar, Termasuk juga sudah banyak kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan pengolahan ikan menjadi beranega ragam sajian seperti nugget, sate, filet, krupuk ikan dan masih banyak lagi,”terangnya.

Kepala Dinas Perikanan Tabanan, Ir. AA. Ngr. Raka Icwara mengatakan, produksi ikan di kabupaten Tabanan cukup tinggi, untuk perikanan tangkap sebanyak 750 ton pertahun, perikanan budidaya 3.500 ton pertahun, dan olahan ikan 2.500 ton pertahun. Khusus untuk perikanan budidaya lebih banyak jenis ikan nila, kaper, lele dan gurami. “Tabanan ada 519 kelompok pembudidaya ikan, dengan 82 kelompok usaha bersama nelayan yang menghidupi 1.249 KK,”ucapnya.

Baca juga:  Cuaca Tak Menentu, Nelayan Tak Melaut  

Lanjut kata Raka Icwara, jenis ikan yang paling banyak dihasilkan oleh Tabanan yakni ikan nila, selain budidayanya relatif gampang juga dikarenakan memiliki empat balai benih ikan (BBI) yang menghasilkan benih dasar nila 6 juta ekor pertahun. Dimana Tabanan juga memiliki 52 Unit Pembenihan Rakyat (UPR) menghasilkan 12 juta ekor pertahun, dan ini merupakan potensi yang bisa dikembangkan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). “Disamping Pokdakan di Tabanan, dari enam juta benih dasar ikan nila juga banyak dibawa ke Batur,”terangnya.

Dihubungi terpisah, terkait dengan stunting dan gizi buruk di Kabupaten Tabanan, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tabanan, I Made Supardiyadnya menjelaskan setiap tahun dilakukan pendataan pada balita untuk mengukur pertumbuhan mereka. Selain juga mendata jumlah balita yang mengalami stunting, yakni masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi. Dimana untuk stunting Tabanan masih relatif lebih baik dibandingkan nasional. Di tahun 2020, tercatat 8,05 persen dari 23.911 balita di Tabanan mengalami stunting, dan 0,012 persen gizi buruk. Jumlah ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan di tahun 2019, yang tercatat 10 persen dari 24.058 balita mengalami stunting dan 0,04 persen gizi buruk. “Dari hasil survey pemantauan gizi di Tabanan, kasus stunting Tabanan sekitar delapan persen, jadi masih rentang baik, karena menurut WHO batas maksimal toleransi stunting adalah 20 persen,”terangnya.

Baca juga:  Bupati Suwirta Genjot Konsumsi Ikan

Supardi menjelaskan, umumnya stunting terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi atau memang sang anak yang tidak suka makan. Stunting bisa terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.(Puspawati/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *