GIANYAR, BALIPOST.com – Debirokratisasi kampus penting untuk merespons disrupsi yang berkembang saat ini. Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Dr. A.AGN Ari Dwipayana menegaskan hal itu, Kamis (29/4), saat Rapat Kerja Penyempurnaan RIP, Renstra, dan Renop STAHN Mpu Kuturan Singaraja di The Royal Pita Maha, Ubud, Gianyar.

Raker digelar Kamis (29/4) hingga Sabtu (1/5). Ari juga menyampaikan perubahan yang sangat cepat terkait teknologi, seperti, Cyber Physical, Internet of Things, dan Biotechnology, memerlukan strategi untuk meresponsnya. Ia pun meminta civitas akademika, khususnya pimpinan STAH Mpu Kuturan mampu menghadapi perubahan itu dengan tiga hal. Yaitu melakukan transformasi organisasi, mendorong active learning dan membangun ekosistem baru.

Baca juga:  Sekolah Khusus Siswa Pengungsi Diterapkan, Guru Mengajar Dua Tempat

Tokoh Puri Kauhan Ubud ini menegaskan active learning menjadi keharusan karena ke depan akan banyak skill yang ditinggalkan dan muncul skill baru yang akan dicari. Bahkan akan berkembang hybrid jobs yang memerlukan hybrid skills.

Dosen Fisipol UGM dan Sekjen Kagama ini melanjutkan, kampus perlu melakukan strategi tranformasi organisasi dengan menghilangkan birokratisasi dan kompartemenisasi kampus. Kampus jangan disibukkan dengan urusan administratif dan SPJ. “Debirokratisasi kampus harus dilakukan secara besar-besaran,” ujarnya dalam rilis yang diterima.

Baca juga:  Peroleh Bintang Kehormatan, Ini Kata Ari Dwipayana

Selain itu, ia juga meminta perguruan tinggi agama Hindu Negeri mengadopsi semangat merdeka belajar dan kampus merdeka. Saat ini konsep ini diterapkan di lingkungan perguruan tinggi umum di bawah Kemendikbud. Ari berharap perguruan tinggi di bawah Kemenag juga bisa menerapkan konsep ini. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *