TABANAN, BALIPOST.com – Keputusan penundaan penerbangan Singapore Airlines ke Bali pada 4 Mei 2021 dengan alasan kesehatan cukup diterima baik oleh para pelaku pariwisata. Meski, ada rasa sedih dan sedikit kecewa lantaran penerbangan perdana ini awalnya menjadi ‘angin segar’ untuk pemulihan pariwisata Bali.
Seperti disampaikan Manager DTW Tanah Lot, I Wayan Sudiana, saat menghadiri acara Kopi Pewarta di Press Room Bagian Humas dan Protokol Setda Tabanan, Senin (3/4). Menurutnya, pemerintah baik pusat maupun daerah memang saat ini tengah berupaya menekan penyebaran COVID-19 agar kehidupan new normal bisa terwujud untuk pemulihan ekonomi dan pariwisata Bali.
Apalagi kawasan DTW Tanah Lot, desa Beraban, kecamatan Kediri/ Tabanan memang tengah disiapkan untuk menjadi kawasan zona hijau. Satu sisi dengan waktu yang tersedia ini, kalangan pelaku usaha pariwisata bisa lebih memantapkan lagi dalam penerapan protokol tatanan kehidupan era baru, salah satunya protokol kesehatan.
“Sempat sedih juga karena ada penundaan, namun kami tetap mengikuti semua arahan dari pusat maupun daerah. Apalagi ini terkait dengan upaya menjaga kesehatan masyarakat termasuk di Tabanan juga, dan kami masih tetap berharap dan menunggu adanya hari baik kedepannya nanti,” terangnya.
Bahkan mengurangi kejenuhan staf manajemen di tengah pandemi, rencananya manajemen akan membangkitkan hiburan lokal di kawasan Tanah Lot. Misalnya memasang permainan tradisional pindekan dan sunari di sejumlah titik. “Ke depan musim angin atau layangan rencana buat pindekan dan sunari masih dicarikan bahannya, untuk kembangkan wisata. Selain sebagai ajang menghilangkan rasa jenuh teman teman di DTW sekaligus menjaga alam dan budaya serta sedikit hiburan,” terang Sudiana.
Ia mengatakan untuk kegiatan hiburan atau pementasan seni lainnya masih terbentur penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sudiana juga memaparkan, di masa Pandemi, berdampak sekali pada operasional DTW Tanah Lot.
Beruntung kondisi yang sulit ini tidak sampai mengurangi maupun merumahkan 148 orang stafnya. Hanya diatur untuk jadwal kerja.
Begitupun untuk pendapatan anjlok sampai 99 persen per bulan selama pandemi. Jika sebelumnya per bulan bisa mencapai Rp 6-7 miliar, kini hanya di angka Rp 350 juta per bulan. “Untuk meraih tiga ratus juta ini kami juga berat,” ujarnya.
Seperti diketahui ditengah pandemi, kunjungan wisatawan ke Tanah Lot menipis. Per hari hanya 200-300 orang.
Sedangkan weekend kunjungan hanya 500 orang. Perbandingan angka tersebut jauh merosot saat kunjungan sebelum pandemi yang mencapai di atas 5.000 orang per hari dan tembus di atas 2 juta orang per tahun. (Puspawati/balipost)