Nyepi
Krama Desa Pakraman Sanih, Kecamatan Kubutambahan melangsungkan Nyepi Wali bertepatan dengan Tilem Sasih Karo Selasa (22/8). (BP/mud)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Sekitar 500 kepala keluarga (KK) Krama Desa Pakraman Sanih, Kecamatan Kubutambahan melaksanakan ritual Nyepi Wali Selasa (22/8). Nyepi setiap dua tahun sekali ini merupakan tradisi turun temurun sejak 200 tahun silam serangkaian pujawali di 10 pura khayangan tiga dan khayangan desa di lingkungan Desa Pakraman Sanih.

Selain itu, nyepi ini untuk menyucikan suber mata air yang disakralkan dan sekaligus akan dijadikan sarana utama selama pujawali yang akan dilangsungkan oleh krama desa. Sumber air suci ini berada tepat di obyek wisata pemandian Air Sanih.

Pantauan di lapangan, prosesi penyepian ini tidak jauh beda dengan nyepi yang sudah menjadi hari besar Hindu (Nyepi Nasional-red). Diawali dengan upacara pecaruan di pusat desa kemudian dilanjutkan dengan ritual pengrupukan. Kemarin pagi semua krama melaksanakan prosesi sipeng mulai pukul 06.00 wita dan berakhir pada Rabu (23/8) pagi pukul 06.00 wita.

Baca juga:  Gubernur Koster Gelar Lomba Ogoh-Ogoh, Ini Bedanya dengan Tahun Lalu

Selama prosesi sipeng ini, krama wajib menjalankan tapa brata penyepian seperti Amanti Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amanti Lelanguan. Selain itu, selama prosesi sipeng krama diizinkan menerima tamu hingga aktifitas obyek wisata di lingkungan desa pakraman ditutup sehari penuh. Jika ditemukan pelanggaran, krama desa akan dikenakan sanksi berupa menghaturkan guru piduka di seluruh pura yang ada.

Jika dari meteriil, sanksi tersebut tidaklah seberapa, akan tetapi sanksi ini terasa berat secara moral, sehingga tradisi ini tidak ada krama yang berani melanggarnya. Bahkan, jika krama terikat pekerjaan atau karena sakit, maka wajib untuk mencari surat dispensasi untuk tidak mengikuti tapa brata penyepian yang dikeluarkan oleh pihak Desa Pakraman Sanih.

Baca juga:  Bule Langgar Nyepi Diamankan Imigrasi

Kelian Desa Pakraman Sanih Jro Made Sukresna atau yang akrab dipanggil Jro Cilik ditemui kemarin mengatakan, Nyepi Wali yang sudah diwarisi itu digelar karena desa pakraman akan melangsungkan pujawali di seluruh pura kayangan tiga dan pura khayangan desa di lingkungan Desa Pakraman Sanih.

Sesuai dresta Nyepi Wali digelar tepat pada Tilem Sasih Karo. Setelah penyepian ini, krama akan melangsungkan pujawali di semua pura kahyangan tiga dan khayangan desa. Tercatat sekitar 10 pura diantaranya Pura Dalem, Pura Segara, dan Pura Khayangan Desa akan menggelar pujawali setelah penyepian ini. Untiknya, penyepian ini sangat penting karena dipercaya untuk menyucikan areal sumber mata air (Petirtaan). Sumber air suci inilah akan dijadikan sarana utama pada pujawali yang akan digelar nanti.

Baca juga:  Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh di Bali Masih Capai 3 Digit

“Selain karena kami akan melangsungkan pujawali, penyepian ini untuk menyicikan petirtaan yang ada di Kolam Pemandian Air Sanih ini yang nantinya digunakan dalam prosesi pujawali di seluruh pura khayangan tiga dan khayangan desa, sehingga selama penyepian ini sumber air suci itu kami sterilkan,” jelasnya. (mudiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *