Petugas pos pungut sedang melakukan tugas. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 sejak setahun lebih telah membuat tingkat kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata khusus (DTWK) Kintamani merosot. Imbasnya pendapatan dari rertibusi anjlok.

Meski demikian, kondisi itu tak sampai membuat Badan Pengelola Pariwisata Batur Unesco Global Geopark (BPP-BUGG) merumahkan puluhan karyawannya. Direktur Badan Pengelola Pariwisata BUGG Wiwin Suyasa menyebutkan tingkat kunjungan wisatawan ke Kintamani saat ini rata-rata hanya 40-50 orang per hari.

Baca juga:  Kios Berdiri di Atas Aset Pemkab, Bupati Suwirta akan Kumpulkan Pedagang

Jauh merosot dibandingkan saat masih situasi normal yang bisa mencapai 2.000 orang per hari. Minimnya kunjungan tentunya berimbas pada pendapatan. Per bulannya, rata-rata pendapatan dari pemungutan retribusi hanya Rp 48-68 juta. Padahal, sebelum COVID-19 pendapatan bisa mencapai Rp 60 juta per hari.

Meski pendapatan anjlok, Wiwin mengatakan 82 karyawan Badan Pengelola Pariwisata BUGG masih tetap bekerja. Tidak ada yang sampai dirumahkan. Sebagian besar karyawan merupakan petugas lapangan yakni petugas kebersihan, satpam dan petugas jaga pos pungut. “Operasional jalan terus, kebersihan dan keamanan tetap kami jaga,” ujarnya.

Baca juga:  Presiden China Xi Jinping Instruksikan Hainan Belajar ke Bali

Namun demikian dengan pendapatan yang minim, gaji yang diterima para karyawan tidak menentu nilainya. Tiap bulan beda-beda tergantung pendapatan retribusi dipotong biaya operasional. “Kami konsepnya sekarang lebih ke ngayah,” ungkap Wiwin.

Diakui selama ini, sumber pendapatan satu-satunya Badan Pengelola Pariwisata BUGG adalah dari pemungutan retribusi tiket masuk. Pihaknya ada rencana untuk membuat unit usaha baru sehingga ada alternatif penghasilan lain.

Baca juga:  Naik Signifikan, Semester I Pendapatan Retribusi Kintamani Hampir Setara Perolehan 2018

Sementara ini, masih menunggu legalitas yang masih dalam proses. Adapun unit usaha yang direncanakan yakni bergerak pada pengolahan pascapanen. “Kebetulan Kintamani kan punya potensi ada kopi, jeruk, bawang, sayur mayur, ikan. Kami akan lakukan pengolahan pasca panen. Membuat pabrik sih tidak. Namun menggerakan industri kecil menengah,” kata Wiwin. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *