DENPASAR, BALIPOST.com – Seorang pria berusia 44 tahun meninggal dua hari usai divaksinasi. Adanya berita ini mendapat respons dari Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali Gede Pramana.
Dalam siaran persnya, Selasa (25/5), Gede Pramana meminta agar media lebih cermat menyajikan pemberitaan terkait vaksin di tengah masyarakat. Pemerintah beserta stakeholders terkait, lanjut Pramana, terus berupaya keras mengupayakan ketersediaan vaksin yang aman di tengah masyarakat sebagai salah satu cara untuk keluar dari pandemi disamping penerapan prokes yang ketat.
Dengan adanya pemberitaan negatif terkait vaksin tanpa didukung dengan data serta dari sumber yang akurat dapat menimbulkan keresahan di masyarakat. “Sangat disayangkan banyak sekali pemberitaan yang mengatakan bahwa ada korban meninggal akibat vaksin. Padahal belum ada penjelasan resmi dari pihak yang berkompeten tentang itu, namun sudah diberitakan orang tersebut meninggal karena vaksin,” imbuhnya.
Pejabat kelahiran Wangaya Kelod ini juga meminta masyarakat agar selalu mencari informasi, baik itu terkait COVID-19 maupun vaksinasi dari situs-situs resmi yang disediakan oleh pemerintah. Sehingga informasi yang didapatkan akurat dan dapat dipertangungjawabkan.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya. Pihaknya juga sangat menyayangkan beredarkan pemberitaan yang mengatakan ada korban meninggal akibat vaksin COVID-19 tanpa berdasarkan data ataupun informasi yang akurat.
Hasil Autopsi Verbal Kronologis meninggalnya korban yang diberitakan meninggal setelah mendapatkan vaksinasi AstraZeneca, bahwa korban yang berprofesi sebagai tukang jahit ini sudah sakit kurang lebih dari seminggu yang lalu. Sakit yang dikeluhkan adalah sakit kepala yang terus-menerus bahkan kadang kadang almarhum sampai muntah-muntah, dan keringat dingin.
Almarhum juga dikatakan memang memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes dan kolestrol. Pada saat almarhum ikut vaksinasi, semua proses screening dan lain sebagainya sudah dilakukan.
Kondisi korban saat itu memungkinkan untuk mendapatkan vaksin. Kemudian dua hari setelah vaksin beliau ditemukan meninggal. “Kita tidak bisa menyimpulkan kalau beliau meninggal karena vaksin. Setelah vaksin ada observasi dan beliau baik-baik saja. Jadi jangan sedikit-sedikit ada orang meninggal dikaitkan dengan COVID atau ada yang meninggal setelah beberapa harinya mendapatkan vaksin dikaitkan meninggal karena vaksin. Mari kita cari dulu data yang akurat dari orang yang kompeten sebelum kita memberitakan ke tengah masyarakat, dengan demikian informasi tidak bias dan timbul rasa khawatir dari masyarakat untuk vaksin,“ tuturnya. (Winatha/balipost)