Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan "Kun" Adnyana (kanan) berfoto bersama Presiden Jokowi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII Tahun 2021 menjadi ajang pembuktian bahwa kreativitas, inovasi dan jiwa semangat para seniman Bali masih sangat tinggi di masa pandemi COVID-19. Hal ini dibuktikan dari karya-karya seni yang dihasilkan rata-rata sangat menarik.

Karena kreativitas yang dihasilkan fokus dan kontekstual menerjemahkan tema PKB “Purna Jiwa: Prananing Wana Kerthi (Jiwa Paripurna Nafas Pohon Kehidupan)”. “Sejatinya ini tidak mudah dilakukan oleh seniman, karena selain penyerapan tematiknya secara maknawi, mereka (para seniman,red) juga harus berkreasi bagaimana membuat karya yang ragamnya masih sama dengan PKB tahun-tahun sebelumnya, namun perlu perenungan, estorasi, dan kerja kreatif inovatif untuk mengkontekstualkan tema PKB tahun ini, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini,” ujar Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana, Selasa (15/6).

Baca juga:  4 Parpol Dukung Prabowo Jadi Capres

Prof. “Kun” Adnyana, mengatakan pelaksanaan PKB XLIII tahun ini dilakukan secara hybrid yang memadukan luring dan daring (virtual) dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat serta terukur. Pementasan seni pun banyak dilakukan secara virtual. Hanya beberapa pementasan yang dilakukan secara luring dengan penerapan prokes Covid-19.

Meskipun demikian, pihaknya mengapresiasi pelaksanaan PKB tahun ini. Mulai dari pembukaan hingga pelaksanaan 3 hari ini. Sebab, karya seni yang ditampilkan telah disesuaikan dengan situasi pandemi Covid-19, namun tetap “metaksu”.

Baca juga:  PKB, Perwujudan Pemuliaan Kebudayaan Bali

Hal ini membuktikan bahwa para seniman di Bali ternyata telah beradaptasi dan menjadikan situasi pendemi COVID-19 menjadi kebiasaan baru dalam menghasilkan kreativitas seni yang inovatif. Baik oleh seniman yang urban ke Kota maupun seniman yanga ada dipedesaan seluruh Bali.

“Jadi, karya seni virtual pun bisa ‘metaksu’, artinya kreativitas seni dengan teknologi adalah hal yang memang menjadi perhatian bersama seluruh seniman Bali, karena dunia berada dititik itu sekarang,” tegas mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini.

Baca juga:  Program Integrasi Pengobatan Tradisional dan Konvensional Mesti Dilanjutkan

Oleh karena itu, semua para seniman di Bali mesti harus bisa mendekatkan diri dengan teknologi, sehingga mampu menghasilkan karya seni virtual “metaksu”. Karena melalui seni virtual, karya kreativitas seni Bali akan semakin diapresiasi oleh masyarakat dunia. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *