I Gede Made Surya Darma (BP/istimewa)

DENPASAR, BALIPOST. com – Keseriusan memerangi pandemi COVID-19 di tengah melonjaknya kasus Corona varian baru, suatu keharusan. Senjatanya adalah protokol kesehatan (prokes) di samping vaksinasi. Dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam berkesenian, prokes mesti tetap mendapat perhatian.

Praktisi seni I Gede Made Surya Darma yang juga pramuwisata, Senin (28/6) mengatakan, dalam masa pandemi, semangat berkesenian, termasuk dalam bidang senirupa tak pernah surut. Kegiatan pameran pun digelar.

Ini angin segar bagi perkembangan senirupa di Bali di tengah pandemi. Memang, semua tahu bahwa ekonomi Bali sangat tergantung pada pariwisata. Dampak pandemi COVID-19 terhadap berbagai bidang kehidupan telah dirasakan sejak 1,5 tahun ini. Namun, bara api berkesenian mesti tetap terjaga.

Baca juga:  Jangan Salah Kaprah! Ini Terapi Arak Percepat Kesembuhan OTG COVID-19 di Bali

Lulusan ISI Yogyakarta ini mengatakan, Bali sesungguhnya telah siap membuka pariwisata internasional. Terlebih sudah ada sejumlah negara yang sudah tidak mewajibkan masyarakatnya memakai masker.

Tetapi karena kasus baru COVID-19 melonjak, open border tentu dipertimbangkan secara matang. Menurut pengelola Lepud Art Management ini, sesungguhnya pemerintah sudah berupaya keras menekan laju kasus COVID-19 dengan vaksinasi. Tentu dukungan semua elemen masyarakat tak kalah pentingnya.

“Tugas kita adalah ikut memerangi pandemi ini dengan mengikuti prokes secara ketat, demi kepentingan bersama, di samping selalu menjaga imunitas tubuh,” ujarnya.

Baca juga:  Kebakaran di Klungkung, 10 Damkar Dikerahkan

Tentu juga berupaya melakukan adaptasi dengan situasi yang baru, terutama perubahan zaman di era evolusi industri saat ini. “Kita perlu menyiapkan platform gaya baru sesuai dengan tuntutan zaman. Demikian pula di bidang pariwisata maupun kegiatan kesenian, perlu adanya platform pola baru,” sebutnya.

Di bidang pariwisata misalnya, para start up muda sudah banyak membuat platform baru untuk mendukung pariwisata. “Jangan sampai kita menyediakan lahan pariwisata, namun untungnya malah lebih besar ke negara lain, karena platform jualan online ini. Begitu juga di bidang kesenian,” kata Surya Darma.

Baca juga:  Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Bali Masih 2 Digit, Ini 3 Terbanyak

Kesenian pun bisa dijadikan mata uang kripto, seperti Non-fungible token (NFT) yang merupakan pengembangan industri blockchain dari ethereum ke sistem seni yang sudah mengarah ke digital. Ini populer di masa pandemi, selain investasi keuangan seperti Bitcoin, Dogecoin, EOS, Tron Ripple, dan lain sebagainya. “Jadi, masih ada kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi gempuran pasar pariwisata dan kesenian, di era baru teknologi digital ini,” pungkasnya. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *