NEGARA, BALIPOST.com – Sepanjang pesisir Jembrana sejak 25 tahun terakhir menjadi sarang bertelurnya Penyu Lekang di Bali. Di bulan-bulan menjelang Agustus, penyu-penyu betina yang sudah ribuan mil dan puluhan tahun mengarungi samudera akan kembali untuk bertelur.
Salah satu titik pantai yang menjadi habitat Penyu Lekang ini ada di pantai Perancak, Kecamatan Jembrana. Namun, kondisi cuaca yang cenderung ekstrem di Juni ini mempengaruhi waktu tetas telur penyu. “Sebenarnya di bulan-bulan Juni, Juli dan Agustus ini puncak telur penyu menetas. Telur normalnya memerlukan waktu sekitar tujuh minggu, tapi belakangan ini agak lambat karena pengaruh cuaca ekstrem,” ujar Koordinator Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih Perancak, Wayan Anom Astika Jaya, Sabtu (26/6).
Menurutnya tren penyu bertelur dari 1997 sampai 2021 ini mengalami peningkatan. Bahkan, di masa pandemi justru naik karena pesisir Bali cenderung tidak ada aktivitas sehingga membuat penyu nyaman untuk bersarang.
Khusus di Perancak, saat ini terdapat 255 sarang. “Setiap hari sudah mulai menetas, hanya saja agak mundur karena cuaca tidak menentu. Semestinya sudah masuk musim kemarau, tapi belakangan sering hujan sehingga (waktu menetas) mundur. Cuaca sangat berpengaruh,” tambahnya.
Di KPP Kurma Asih Perancak yang secara konsisten hampir setengah abad berupaya melestarikan penyu ini, rutin melepasliarkan tukik (anak penyu). “Di sini (KPP) juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak mengenal penyu dan proses dari awal telur hingga menetas dan kita lepas ke laut,” kata Anom.
Ia mengungkapkan, penelitian pada 1.000 tukik yang dilepasliarkan, hanya satu yang bisa bertahan hingga siap bertelur. “Banyak faktor selain predator juga perburuan penyu muda. Predator ketika masih tukik biasanya jadi mangsa burung karena di permukaan laut, sebutnya.
Selain Penyu Lekang, Penyu Belimbing juga sering membuat sarang di Perancak. Namun sangat jarang, dalam setahun hanya tiga kali. (Surya Dharma/balipost)