Pedagang di Pasar Semarapura tengah menurunkan beras yang dipasok dari luar daerah. Produksi petani lokal belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Produksi beras di Kabupaten Klungkung semester I 2017 minus ribuan ton dari kebutuhan konsumsi masyarakat. Adanya alih komoditi dan penyusutan lahan persawahan menjadi penyebab hal tersebut.

Kondisi ini disampaikan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta saat rapat pleno Dewan Ketahanan Pangan Klungkung, belum lama ini. Berdasarkan data yang disampaikan, produksi beras sejak Januari hingga Juni 2017 oleh petani sebanyak 7.838 ton.

Padahal, kebutuhan konsumsi dengan proyeksi jumlah penduduk 177.400 jiwa mencapai 9.409 ton. Artinya, masih terjadi minus 1.571 ton. “Dari data memang kurang. Tapi jika bicara fakta di lapangan, saat ini masyarakat kita tidak kekurangan beras. Mungkin saja peran beras luar banyak masuk,” jelas bupati asal Nusa Ceningan ini.

Baca juga:  Bupati Suwirta Evaluasi Total Kegiatan Belajar Mengajar

Peralihan komoditi dinilai sebagai penyebab hal tersebut, disamping alih fungsi lahan. Dicontohkan, seperti di Subak Tohpati, Banjarangkan. Lahan persawahan sejak bertahun-tahun oleh petani hanya ditanami palawija lantaran kerap terlanda krisis air. “Masalah ini pun harus kembali saya kebut, agar petani di sana dapat kembali mengairi sawahnya. Instansi terkait saya minta itu disikapi secepatnya. Kalau terbentur kewenangan, segera dikomunikasikan,” tegasnya.

Guna menggenjot produksi beras di bumi serombotan, Suwirta juga mengaku akan melakukan pemberdayaan petani dengan menggenjot peran Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Selain itu, juga dengan memaksimalkan program “beli mahal, jual murah,” untuk beras lokal.

Baca juga:  Tak Sesuai Dokumen, Satu Truk Jeroan dan Kikil asal Jombang Diamankan

Maksudnya, KUD membeli gabah petani dengan harga lebih mahal dan menjual beras lebih murah dari pada pasaran. Supaya tak merugi, KUD tersebut bermain di volume. “Ini efektif untuk mengontrol harga beras di pasaran dan meningkatkan kesejahteraan petani. Sekarang baru ada satu KUD yang terlibat. Penambahan terus akan dilakukan,” katanya.

Selain pemberdayaan, penggelontoran alat mesin pertanian (aslintan) untuk mempercepat produksi juga terus diupayakan. Demikian juga dengan penerapan program lainnya, seperti bantuan bibit dan asuransi usaha tani padi. “Kami juga ingin petani garam bisa menggeliat,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)

Baca juga:  Dari Polda Bali Kalah di Praperadilan hingga Pungutan Retribusi Pariwisata Diprotes
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *