AMLAPURA, BALIPOST.com – Warga Karangasem mempertanyakan pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Karangasem. Ini, menyusul adanya pasien yang berobat ke IGD atas nama Ni Komang Sulistiawati dari Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, yang meninggal dunia setelah disuntik antibiotik.
Suami pasien, Ni Komang Sulistiawati, yakni I Made Kerta Wijaya, Kamis (1/7), menuturkan, awalnya ia mengajak istrinya untuk melakukan cuci darah ke RSUD Klungkung. Hanya saja, pada Rabu (30/6) pagi istrinya mengalami sesak.
Karena kondisi itu, ia pun mengajak istrinya ke IGD RSUD Karangasem untuk mendapatkan oksigen. “Sesampai IGD, dikasi oleh petugas medis dikatakan antibiotik. Karena istri ada riwayat tidak cocok dengan antibiotik cair, makanya saya bilang ke petugas bahwa pasien tidak cocok dengan antibiotik itu. Tak hanya saya, istri juga sudah bilang kalau tidak cocok dengan antobiotik itu. Tapi, petugas tetap menyuntikannya,” Ucapnya.
Kerta Wiajaya, menambahkan, dirinya ke IGD naik sepeda motor. Dan istri biasa berbincang-bincang. “Sampai di IGD, istri masih bisa ngobrol. Istri mulai kritis setelah disuntik antibiotik dan langsung dibawa ke ruang ICU. Dan sekitar pukul 18.00 WITA, istri meninggal dunia,” Katanya.
Dikonfirmasi soal ini, Direktur RSUD Karangasem, I Wayan Suardana, menjelaskan, kalau pihaknya mendapat laporan, bahwa pasien yang masuk merupakan pasien probable COVID-19. “Karena probable COVID-19, maka penanganannya pasti sesuai SOP COVID-19,” ucapnya.
Sementara itu, Dr Spesialis Penyakit Dalam Putu Hartawan Mataram Sp.PD, menjelaskan, kalau pasien datang dengan kondisi sesak karena memiliki riwayat cuci darah. Karena sesaknya berat, pihaknya menyarankan untuk rongent.
Dan dari hasil rontgent, paru-paru pasien di sebelah kiri sudah putih. Prosesnya kronis sudah lama, kronisnya hari itu.
“Kami curiga ada cairan di paru-paru kiri, karena hanya menyisakan 1/3 ruang paru-paru untuk bernafas karena hampir semuanya putih. Karena putih penuh, maka mendorong jantung ke kanan. Tak hanya paru-paru sebelah kiri saja yang putih, paru-paru sebelah kanan juga terdapat bercak putih. Karena biasanya kalau paru-paru normal itu warnanya hitam dan itu artinya oksigen cukup, tulang putih dan jantung putih. Jadi, karena dasar itulah pasien mengalami infeksi paru-paru,” paparnya.
Dia menjelaskan, di tengah situasi COVID-19, kian menanjak, pihaknya berpikiran apakah ini indikasi COVID-19. Karena sebelumnya, pasien diindikasi COVID-19, tapi setelah di swab hasilnya negatif.
Pasien sering bolak balik cuci darah ke Klungkung, sehingga pasien memiliki risiko tinggi untuk terkena. “Karena kecurigaan infeksi paru, pemberian antibiotik harus segera dilakukan. Bila itu terlambat, akan memperparah infeksi yang dialami pasien. Itu bisa memperburuk vitalitas dan metabolisme dalam tubuh. Kita juga lakukan itu sesuai dengan SOP. Kita juga lakukan test skin, dan tidak ada masalah. Setelah itu kita baru suntikkan antibiotik. Kita tidak ujug-ujug lakukan penyuntikan antibiotik tanpa memperhatikan SOP,” tegasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya telah melakukan swab PCR, hanya saja belum keluar. “Hasilnya nanti siang baru keluar. Karena ada tanda bercak putih di paru-paru, maka pasien masuk probable COVID-19,” jelasnya. (Eka Parananda/balipost)