I Kadek Darsika Aryanta. (BP/Istimewa)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta

Kebijakan pembelajaran jarak jauh menuntut guru dan murid bisa beradaptasi dengan perubahan pada proses belajar-mengajar. Pada kenyataannya, implementasi PJJ di dunia pendidikan sangat variatif. Salah satu faktor yang memengaruhi kegiatan belajar dari rumah adalah akses terhadap alat komunikasi.

Murid yang tidak memiliki gawai mengalami kesulitan untuk menerima materi ajar dari guru. Begitu pula halnya dengan guru yang tinggal didaerah tanpa jaringan yang memadai, mereka tidak bisa mengadakan pembelajaran secara rutin. Kompetensi guru merupakan faktor lain yang memengaruhi reseliensi pelaksanaan kegiatan belajar dari rumah.

Guru berkompetensi tinggi yang sebagian besar berada di kota-kota besar pada umumnya menggunakan lebih dari satu metode pengajaran dan berusaha memperkaya materi ajar mereka dengan memanfaatkan internet. Namun guru yang ada di daerah remote area harus perlu memutar otak kembali agar pembelajaran bisa terlaksana dengan maksimal.

Terlepas dari isu dibuka atau tidaknya pembelajaran tatap muka (PTM) di bulan juli ini. Tentu saja sebagai pendidik kita harus melakukan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik apapun kondisinya. Tekanan eksternal dan internal yang dialami pendidikan ini tentu saja harus diimbangi oleh reseliensi yang kuat agar pendidikan kepada anak-anak bangsa terus berlangsung.

Baca juga:  Kembalinya Strategi "Link and Match"

Reseliensi pendidikan ibarat imunitas yang harus terus dijaga dan juga terus dipelihara agar tetap bisa berjalan dengan baik. beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik dari dalam yaitu Dengan tetap melakukan pembelajaran pembelajaran inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di masa pandemi. Prinsip pembelajaran yang mampu meningkatkan resiliensi pembelajaran ini adalah pembelajaran yang harus berorientasi kepada anak.

Orientasi peserta didik yang akan kita ajar harus diutamakan. Jangan sampai guru memberikan pengajaran hanya berorientasi kepada “hawa nafsu” untuk meneyelesaikan materi ajar dan tuntutan kurikulum.

Selain itu pendidikan yang inklusif juga harus diperhatikan. Jangan sampai pendidikan dirasakan secara eksklusif. Pendidikan inklusif adalah pendidikan untuk semua sehingga peserta didik mendapatkan pelayanan yang adil sesuai dengan apa yang menjadi hak-hak mereka.

Siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali. Untuk itu guru harus perlu memberikan pelayanan yang baik kepada anak-anak kita semua secara inklusif. Pada pembelajaran dimasa pandemi ini diharapkan pembelajaran berorientasi kepada keterampilan hidup. Kecakapan hidup adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan individu untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari secara efektif.

Baca juga:  Tumpek Landep : Otonan Idep, Bukan Motor?

Jangan sampai anak-anak belajar tanpa arah dan tujuan dan tidak meningkatkan keterampilan mereka. Pendidikan yang berorientasi pada keterampilan hidup dilaksanakan agar anak-anak akan merasa senang dan penting untuk belajar di sekolah. Selama ini yang terjadi adalah guru mempelajari atau belajar dengan siswa masih terbatas pada buku teks dan juga berorientasi kepada ada indikator pencapaian kurikulum yang terkesan kaku dan juga rigid.

Peningkatan keterampilan hidup akan mampu memberikan pembelajaran yang bermakna kepada mereka. Pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan hidup melatih mereka untuk pengambilan keputusan, penyelesaian masalah,berpikir kreatif, berpikir kritis, komunikasi yang efektif, keterampilan hubungan interpersonal, kesadaran diri, empati, mengatasi emosi dan mengatasi stres.

Untuk meningkatkan ketahanan pendidikan di masa pandemi ini pembelajaran bisa juga dilakukan dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik dengan memanfaatkan kebutuhan belajar mereka guru diharapkan melayani siswa sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan kemampuan siswa.

Baca juga:  Narasi Satwa untuk Pariwisata

Pembelajaran berdiferensiasi bisa menjadi salah satu alternatif yang sangat baik untuk meningkatkan motivasi dan juga kepekaan mereka terhadap lingkungan dan mereka akan merasa lebih berguna apabila belajar sesuai dengan hal-hal yang kontekstual. Pembelajaran berdiferensiasi diibaratkan sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Merupakan salah satu prinsip pembelajaran yang berdiferensiasi.

Tak hanya itu, penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran dapat brupa penilaian yang berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Penulis Guru Fisika, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN Bali Mandara

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *