BANGLI, BALIPOST.com – Penderita kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bangli terus peningkat setaiap tahunnya. Itu bisa dilihat dari bertambahnya jumlah penderita penyakit mematikan yang belum ada obatnya itu per Juni 2017 ditemukan sebanyak 20 kasus baru. Guna menakan kasus itu, pemkab Bangli melalui Dinas kesehatan melakukan berbagai upaya agar penderita HIV tidak semakin meningkat.
Kabid Pencegahan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Bangli Ni Luh Made Eka Sasiani, Senin (4/9) mengungkapkan, kasus HIV/AIDS di Bangli memang terus bertambah bagaikan gunung es. Kata dia, berdasarkan data yang dimiliki, hingga per Juni 2017 di Bangli telah ditemukan sebanyak 20 kasus baru. “Pada intinya kasus HIV/AIDS setiap tahunya terus mengalami peningkatan. Kasus ini tersebar di empat kecamatan. Penderita HIV/AIDS kebanyakan usia produktif yakni umur 20-49 tahun,” ungkap.
Sasiani menjelaskan, meningkatnya kasus HIV AIDS setiap tahunnya akibat kesadaran masyarakat sangat rendah menjaga kesehatan mereka. Sebab, HIV bisa menular melalu hubungan sek bebas, narkoba dengan jarum suntik dipakai banyak orang, dan lewat ibu menyusui. Maka dari itu, pihaknya meminta supaya masyarakat lebih sadar memeriksakan dirinya ke puskesmas atau rumah sakit. Mengingat warga yang menderita HIV/AIDS tak mau membuka diri lantaran takut didiskriminasi atau dikucilkan di masyarakat.
“Mereka penyembunyikan penyakitnya karena takut diskriminasi karena mereka takut tidak diajak bergaul di masyarakat. Maka dari itu kita tidak ingin masyarakat mendiskriminasi bagi mereka yang terkena VIV AIDS. Karena kalau tidak diskriminasi mereka pasti mau membuka diri. Maka dari itu kita mengimbau agar masyarakat tidak mendiskriminasi penderita HIV AIDS,” tegasnya.
Dia menambahkan, untuk menekan angka kasus HIV AIDS semakin bertambah ke depannya, pihaknya sudah melakukan berbagai kegiatan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat. Pihaknya juga melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah melalui kegiatan KSPAN. “Kami memang terus gencar turun ke masyarakat untuk melakukan sosialisasi supaya masyarakat bisa lebih waspada terhadap penyakit ini. Jadi butuh kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk menekan kasus HIV agar tidak semakin bertambah,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakanya, pihaknya juga telah menerapkan program Pencegahan Penularan Lewat Ibu ke Anak (PPIA). Jadi, setiap anak remaja dan ibu hamil yang memeriksanakan kehamilannya, agar disarankan untuk melakukan cek darah. Nanti para pasien yang memeriksakan dirinya ke puskesmas-puskesmas yang ada di Bangli akan ditawarkan oleh petugas puskesmas untuk mengecek darah, sehingga dikatahui apakah yang bersangkutan menghidap HIV/AIDS atau tidak.
“Jika mereka tidak mau kita tidak bisa memaksa. Meningat kita juga wajib menjaga perasaan pasien. Karena itu butuh kesadaran dari yang bersangkutan. Tapi bagi yang berkenan dan diketahun mengidap HIV/AIDS mereka akan ditangani lebih lanjut untuk diberikan pengobatan yang lebih efektif,” tegas Sasiani. (eka prananda/balipost)