Boris Johnson. (BP/AFP)

LONDON, BALIPOST.com – Pemerintah Inggris pada Senin (19/7) mencabut pembatasan pandemi pada kehidupan sehari-hari di Inggris. Pemerintah menghapus semua aturan jarak sosial dalam langkah yang dikecam oleh para ilmuwan dan partai oposisi sebagai lompatan berbahaya ke hal yang tidak diketahui.

Mulai tengah malam (23.00 GMT Minggu), dikutip dari AFP, klub malam dibuka kembali dan tempat-tempat dalam ruangan lainnya diizinkan beroperasi dengan kapasitas penuh. Sementara mandat hukum yang mencakup pemakaian masker dan bekerja dari rumah dibatalkan.

Perdana Menteri Boris Johnson, yang ikut mengisolasi diri setelah menteri kesehatannya terinfeksi, mendesak masyarakat untuk tetap berhati-hati. Dua pertiga orang dewasa Inggris sekarang sudah divaksinasi sepenuhnya.

Dia membela kebijakan pembukaan kembali, yang dijuluki “hari kebebasan” oleh beberapa media, meskipun para ilmuwan waswas setelah tingkat infeksi harian di Inggris mencapai 50.000. Hanya berada di bawah Indonesia dan Brasil, yang menempati urutan teratas penambahan harian kasus tertinggi di dunia.

“Jika kita tidak melakukannya sekarang, maka kita akan membukanya di musim gugur, bulan-bulan musim dingin, ketika virus memiliki keuntungan dari cuaca dingin,” kata perdana menteri dalam sebuah pesan video.

Awal minggu ini liburan sekolah musim panas berlangsung. “Jika kita tidak melakukannya sekarang, kita harus bertanya pada diri sendiri, kapan kita akan melakukannya? Jadi ini adalah saat yang tepat, tetapi kita harus melakukannya dengan hati-hati.”

Baca juga:  Tiga Daerah Laporkan Tambahan Puluhan Kasus COVID-19

Dalam upaya untuk menunjukkan sedikit kehati-hatian, Menteri Vaksinasi Nadhim Zahawi mengatakan kepada BBC bahwa dia akan terus mengenakan masker di dalam ruangan yang ramai.

Tetapi Jonathan Ashworth, juru bicara kesehatan oposisi Partai Buruh, mengatakan pemerintah “sembrono” dengan menyitir pernyataan para ahli yang mengatakan pembukaan kembali membahayakan kesehatan global.

“Kami menentang pembukaan tanpa tindakan pencegahan apa pun,” kata Ashworth kepada televisi BBC, yang secara khusus menyerang rencana pemerintah tentang masker.

Babak Baru

Setelah keberhasilan program vaksinasi — yang kini telah menawarkan setidaknya satu dosis untuk setiap orang dewasa di Inggris — pemerintah mengatakan risiko apa pun terhadap perawatan di rumah sakit dapat dikelola.

Tetapi profesor Neil Ferguson dari Imperial College London mengingatkan bahwa Inggris berada di jalur 100.000 kasus sehari. Karena varian Delta bermunculan dan tak dapat dikendalikan.

“Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah kita bisa menggandakannya atau bahkan lebih tinggi?” katanya kepada televisi BBC.

Baca juga:  Masih Tunggu Ini, PDP COVID-19 di RSU Negara Belum Boleh Pulang

“Kita bisa mendapatkan 2.000 rawat inap sehari, 200.000 kasus sehari, tetapi itu jauh lebih tidak pasti,” katanya.

Terlepas dari risikonya, di Leeds, Inggris Utara, ada antrian di luar Fibre, sebuah klub malam dibuka kembali pada Minggu malam. Lantai dansa penuh sesak oleh pengunjunga yang tak menggunakan masker.

“Kupikir, kita melewatkan Tahun Baru, jadi mengapa tidak keluar dan merayakannya?” kata Nicola Webster Calliste (29).

“Ini seperti babak baru.”

Lampu Peringatan

Tetapi petugas medis memperingatkan bahwa relaksasi dapat mendorong jumlah kasus yang cukup untuk memberikan tekanan berat pada Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Juga berisiko menyemai varian baru, meskipun Inggris menderita kematian yang jauh lebih sedikit daripada gelombang sebelumnya.

Anggota Parlemen Senior Konservatif Jeremy Hunt, mantan sekretaris kesehatan, mengatakan pemerintah harus belajar dari Israel dan Belanda. Keduanya terpaksa membalikkan relaksasi baru-baru ini.

“Lampu peringatan di dasbor NHS tidak berkedip kuning, melainkan merah,” katanya kepada radio BBC.

Skotlandia dan Wales, yang pemerintah devolusinya menetapkan kebijakan kesehatan mereka sendiri, mengatakan mereka akan mempertahankan mandat penggunaan masker di antara pembatasan lainnya. Meskipun ada langkah Inggris untuk mencabut tindakan tersebut.

Penduduk yang divaksinasi penuh yang kembali dari apa yang disebut tujuan “daftar kuning” di Eropa tidak lagi harus dikarantina. Meskipun dalam perubahan kebijakan menit terakhir, pemerintah telah mempertahankan persyaratan untuk Prancis.

Baca juga:  Pandemi COVID-19 Disebut Sudah Mampu Dikendalikan

Juga tetap harus dilakukan adalah persyaratan untuk mengisolasi diri setelah kontak dekat, yang telah memaksa jutaan orang tidak bekerja atau sekolah dalam beberapa pekan terakhir, yang mengarah ke gangguan ekonomi yang parah.

Setelah kontak mereka dengan Menteri Kesehatan Sajid Javid, Downing Street awalnya mengatakan Johnson dan Menteri Keuangan Rishi Sunak akan dites setiap hari alih-alih mengisolasi diri. Tetapi setelah protes publik dan politik, Downing Street melakukan kebijakan isolasi dengan tergesa-gesa.

Johnson, yang dirawat di rumah sakit karena COVID tahun lalu, akan tetap berada di tempat peristirahatan perdana menteri di Checkers, barat laut London hingga 26 Juli.

Yang lain mendesak pemerintah untuk tetap berpegang pada konsensus global yang hati-hati dalam mengatasi pandemi. Daripada mengikuti naluri libertarian Johnson dan Konservatif lainnya.

“Pendekatan yang dinyatakan pemerintah untuk mencabut kontrol sekarang sebelum gelombang musim dingin merupakan kekosongan moral dan kebodohan epidemiologis,”  kata pakar kesehatan masyarakat Universitas Bristol Gabriel Scally. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Tindakan INGGRIS sangat ber alasan sekali. kenapa kita lama2 isolasi diri,buka aja kita pengen tau gimana. kita harus berani berperang melawan dansa korona ini. yang penting PROGRAM VACCINASI harus jalan sampai selesai. siapa yang nggak mau divaccin tangkap ikat suntik, lepasin lagi. pemerintah harus berani tangan besi kalau nggak yahh begini aja terus kita semua akan mati pelan pelan. mana yang mo dipilih.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *