Sejumlah orang berjalan di kawasan Times Square, New York City, Jumat (23/7/2021). (BP/Antara)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Penduduk Amerika yang divaksin penuh melawan COVID-19 harus kembali mengenakan masker di tempat-tempat umum dalam ruangan. Dalam pengetatan atas pedoman yang dikeluarkan awal bulan ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga merekomendasikan semua siswa, guru, dan staf di sekolah untuk taman kanak-kanak hingga kelas 12 memakai masker meskipun mereka telah divaksin.

Kasus virus corona AS telah meningkat karena varian Delta yang sangat menular. Varian yang muncul di India itu telah menyebar dengan cepat dan sekarang menyumbang lebih dari 80 persen kasus virus corona di AS.

Presiden AS Joe Biden, dikutip dari Kantor Berita Antara, mengatakan bahwa peningkatan vaksinasi dan pemakaian masker akan membantu Amerika Serikat menghindari penguncian pandemi serta penutupan tempat usaha dan sekolah seperti yang dialami negara itu pada 2020. “Kita tidak akan kembali ke situ,” kata Biden.

Baca juga:  Dari 57 Kasus Positif COVID-19 di Denpasar, Tinggal Belasan Orang Masih Dirawat

CDC mengatakan bahwa 63,4 persen negara-negara bagian AS memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi untuk membenarkan penerapan aturan memakai masker dalam ruangan dan harus segera melanjutkan kebijakan tersebut. Manhattan, Los Angeles, dan San Francisco memenuhi kriteria penularan seperti halnya seluruh negara bagian Florida, tetapi Chicago dan Detroit tidak.

Ketua Federasi Guru Amerika Randi Weingarten dalam pernyataan memuji panduan baru CDC mengenai pemakaian masker. Ia menyebut panduan tersebut sebagai “tindakan pencegahan yang diperlukan sampai anak-anak di bawah 12 tahun dapat menerima vaksin COVID dan lebih banyak orang Amerika di atas 12 tahun mendapatkan vaksinasi.”

Panduan CDC sebelumnya untuk sekolah hanya meminta siswa yang tidak divaksin untuk memakai masker. Namun, rekomendasi CDC yang baru tidak mengikat.

Baca juga:  Dikunjungi Konsulat Amerika, Polda Jamin Bali Aman

Banyak warga Amerika, terutama di negara-negara bagian yang condong ke Partai Republik, mungkin memilih untuk tidak mengikutinya. Setidaknya delapan negara bagian melarang sekolah mewajibkan masker.

Dr Isaac Weisfuse, seorang ahli epidemiologi medis di Cornell University Public Health, mengatakan perubahan itu dibenarkan tetapi yakin bahwa resistensi mungkin terjadi di antara beberapa orang. “Saya pikir, kita akan mendapat pukulan balik karena menurut saya orang mungkin melihatnya sebagai kemunduran,” katanya.

Amerika Serikat memimpin dunia dalam jumlah rata-rata harian infeksi baru, terhitung satu dari setiap sembilan kasus yang dilaporkan di seluruh dunia muncul setiap hari. Rata-rata tujuh hari untuk kasus baru telah meningkat tajam dan mencapai 57.126, masih sekitar seperempat dari puncak pandemi.

Dua bulan lalu, ketika CDC mengumumkan bahwa orang yang sudah divaksin lengkap dapat melepas masker , COVID-19 sedang menurun. Vaksinasi telah melambat secara dramatis dan hanya 58 persen orang yang memenuhi syarat yang telah divaksin penuh.

Baca juga:  Memandang Corona sebagai "Opportunity"

Beberapa studi baru menunjukkan bahwa orang-orang yang sudah divaksin dengan dosis lengkap dan membawa virus –seperti orang-orang yang belum divaksin– kemungkinan bisa menularkan infeksi tersebut kepada orang lain, Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky mengatakan kepada wartawan pada pengarahan lewat telepon.

“Kami rasa penting bagi orang-orang untuk memahami bahwa mereka dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain,” katanya.

Pada Senin (26/7), pemerintahan Biden mengonfirmasi tidak akan mencabut pembatasan perjalanan internasional yang ada. Alasannya, jumlah kasus COVID-19 mengalami kenaikan dan diperkiraan bahwa kasus itu akan terus meningkat dalam beberapa minggu ke depan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *