DENPASAR, BALIPOST.com – Berbagai keunggulan sapi Bali dibandingkan sapi lainnya membuat noktah sapi Bali harus dipertahankan. Hal itu telah diwujudkan dalam bentuk Perda oleh Pemerintah Provinsi Bali. Perda tersebut telah “Ketok Palu” menjadi Perda pada Senin (11/9).
Dalam sidang paripurna DPRD Provinsi Bali, Ketua Pansus Sapi Bali, Nyoman Partha menyampaikan keunggulan sapi Bali. Diantaranya tingkat kesuburan yang sangat tinggi, mampu beranak setiap tahun, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan pakan, karkas sapi Bali tinggi 50-54 persen.
Salah satu hambatan dalam peningkatan populasi sapi Bali adalah maraknya pemotongan sapi betina produktif. Jumlah pemotongan sapi betina jauh lebih tinggi dibandingkan sapi jantan. Hal itu karena sapi betina hidup lebih murah dari sapi jantan. Padahal ketika menjadi daging harganya sama di pasaran. “Hal ini membuat para jagal lebih banyak memotong sapi betina produktif,” ujarnya.
Dengan dipotongnya sapi betina produktif membuat keberlanjutan populasi sapi asli Bali terancam. Untuk dapat menekan pemotonga sapi betina produktid, dapat dilakukan beberapa cara. Yaitu menertibkan RPH (rumah potong hewan) agar tidak memotong sapi betina produktif, memberikan penyuluhan kepada kelompok ternak sapi akan pentingnya pencegahan penjualan sapi betina produktif, membuat dana talangan insentif melalui kelompok tani sehingga kelompok tani dapat berperan aktif dalam menyelamatkan sapi betina produktif. Mendorong para petani agar bergairah melakukan kegiatan breeding.
Para pengelola hotel, restaurant, catering (horeca) juga berkewajiban menggunakan sapi lokal (sapi Bali) sesuai dengan Pasal 15. Ia sendiri baru mendengar kabar bahwa terjadi penyelundupan sapi dari Lombok ke Bali. Oleh karena itu, pihaknya meminta Satpol PP bertindak tegas terhadap penyelundupan sapi Bali baik dari Bali ke luar maupun dari luar ke Bali.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan, permasalahan penyelundupan sapi adalah masalah yang kompleks. Ia menduga terjadinya penyelundupan karena sapi Bali dihargai murah. Selain itu, penyelundupan terjadi karena ada supply dan demand. “Berarti permintaan di luar Bali akan sapi tinggi dan disini (di Bali) barangnya ada.
Menurutnya cara yang paling efektif adalah pemerintah membeli sapi betina dan dibagikan kepada peternak. “Sekarang saja ada 700 simantri kali 20 ekor saja, itu sudah 14.000 ekor kita bisa jaga. Tapi kalau kita jadikan misalnya simantri itu 1.000 kali 20 ekor, berarti 20.000 ekor sapi betina bisa kita jaga,” bebernya.(citta maya/balipost)