TC sentralisasi cabor karate. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – KONI Bali pada prinsipnya menyetujui pengajuan peralatan yang ajukan cabor, guna memperlancar selama latihan maupun bertanding di PON Papua. Apalagi, Gubernur Bali Wayan Koster mendukung keberangkatan para atlet dalam berjuang mengharumkan nama Bali, pada hajatan multievent empat tahunan antarprovinsi se-Indonesia, di Bumi Cendrawasih, Oktober.

Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi, di Denpasar, Selasa (24/8) menegaskan, pihaknya berharap dalam pekan ini maupun minggu depan, seluruh peralatan yang diajukan cabor sudah terpenuhi. “Kami meloloskan 29 cabor dari total yang dipertandingkan 37 cabor, berikut 239 atlet, termasuk 66 pelatih,” beber Suwandi.

Baca juga:  Tahanan Kabur Dituntut 2,5 Tahun

Kata Suwandi, Gubernur Koster berpesan, supaya patriot olahraga Pulau Dewata berjuang lebih gigih lagi di medan laga, hingga meraih prestasi melebihi dibandingkan saat PON di Jabar 2016 silam. Caranya, TC sentralisasi selama 2 bulan ini harus dimaksimalkan.

Termasuk, menghindari dari serangan virus, mengingat selama ini atlet berlatih dalam situasi PPKM. “Meskipun saat ini pandemi covid-19, namun atlet tetap berlatih maksimal, hingga menorehkan prestasi terbaik,” ujarnya.

Baca juga:  Kroser Perlu Latihan Trail Seperti di PON

Bahkan, lanjut dia, prokes tetap diberlakukan secara ketat. Kontingen tetap diminta waspada terhadap corona maupun malaria.

Sebelum bertolak ke Papua, pihaknya juga memantau ketat perkembangan TC sentralisasi. Tujuannya, untuk mengetahui progres atlet sebelum bertempur. “Persiapan atlet saat ini mencapat 85 persen sampai dengan 95 persen,” terangnya.

Rombongan Kontingen Bali terbang ke Papua secara bertahap, mulai 22 September sampai dengan 8 Oktober. “Oleh sebab itu, bagi rombongan yang mau berangkat ke Papua, wajib melakukan tes swab PCR pada 20 September,” tuturya.

Baca juga:  Deko Siap Tuntaskan Pertarungan Lebih Cepat

Setibanya di Papua, para atlet memasuki penginapan dan tidak boleh keluyuran. “Prokes tetap diberlakukan. Atlet hanya bisa berlatih di lingkungan penginapan, kemudian bertanding menuju venue. Usai berlaga, para atlet langsung menuju penginapan,” ungkapnya.

Ia menegaskan, selama di Papua, atlet sudah tidak ada lagi acara jalan-jalan, tetapi hanya tidur di penginapan dan bertanding di venue. “Sebelum mereka terbang balik ke Bali, harus kembali menjalani tes swab PCR,” ucapnya. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *