Satgas Gotong Royong Desa Adat Kesiman melakukan penjagaan. (BP/sue)

DENPASAR, BALIPOST.com – Desa Adat Kesiman melaksanakan secara konsekuen surat Majelis Madya Desa Adat (MDA) Kota Denpasar soal tata cara pelaksanaan Hari Suci Saraswati, Banyupinaruh dan Pagerwesi. Semua pantai dan pintu masuk ke pura disekat secara ketat Satgas Gotong Royong Desa Adat Kesiman Satgas Gotong Royong Desa Adat Kesiman.

Duapantai yang masuk wewidangan Kesiman yakni Padanggalak dan Biaung sejak Sabtu ditutup untuk umum. Umat Hindu diseleksi ketat jika ingin sembahyang ke Pura Segara dan Pura Campuhan Windhu Segara Padanggalak.

Baca juga:  Suwardiana Daftar Balon DPD

Hanya pangempon yang sudah melaporkan diri ke Satgas yang diizinkan guna menghindari kerumunan.

Camat Dentim, I Wayan Hermas S. Sos, M.Si., bersama Jero Bendesa Desa Adat Kesiman, I Ketut Wisna, S.T., M.M., Ketua Satgas I Wayan Sadia dan prajuru langsung melakukan sidak siang dan malam hari ke Pantai Padanggalak, Pura Segara, dan Pura Campuhan Windhu Segara. Hasilnya semua komponen masyarakat menjalankan seruan MDA secara baik.

Hanya Sabtu sore satgas membubarkan warga yang sedang bermain layang-layang di lahan dekat Pantai Padanggalak.

Baca juga:  Tradisi Sembahyang di Kuburan Semakin Lestari Saat Perayaan Pagerwesi

Secara umum, kata Wisna, umat Hindu sudah memahami dan menyadari adanya penyekatan secara ketat ke pantai dan ke pura guna mencegah kerumunan dan menekan angka COVID-19. Hal ini dibuktikan tak terlalu banyak umat yang mau melakukan Saraswati Puja di malam hari dan melaksanakan banyupinaruh yang disuruh putar balik.

Desa Adat Kesiman juga sudah memgeluarkan surat soal seruan MDA Kota Denpasar yang intinya berisi ajakan agar umat menggelar upacara dan ngayat dari rumah masing -masing. Jika ingin melukat banyupinaruh desa adat sudah menyiapkan tirtha segara di balai agung. “Jadi desa adat ikut memberikan solusi di PPKM Level IV ini,” tegas Wisna.

Baca juga:  Semula Disebut Paus, Mamalia Terdampar di Pantai Padanggalak Jenis Lumba-lumba Risso

Ia menambahkan Desa Adat Kesiman kini gencar melakukan penyelamatan terhadap penyu hijau. Temuan warga soal penyu dan telur penyu langsung diserahkan kepada Balai Konservasi Penyu. Selain itu, pihaknya sedang menata palemahan desa adat dan Badan Usaha Padruwen Desa Adat dengan membentuk sebuah yayasan yang memayungi semua unit usaha desa adat. (Sueca/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *