Putu Desya Srinadi Putri. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Atlet taekwondo PON Bali Putu Desya Srinadi Putri menyabet emas di kelas -57 kg, pada ajang Pra PON, di Banten. Bakat dan talenta Desya di cabor taekwondo muncul sejak kecil.

“Awalnya, saya hanya berlatih taekwondo sekadar hobi ikut-ikutan temen yang tinggal satu kompleks perumahan di kawasan Jimbaran,” terang Desya, di Denpasar, Sabtu (28/8).

Ia mulai belajar taekwondo sejak duduk di bangku kelas III SD, ditempa di Dojang Udayana. Tercatat beberapa kali Desya menjuarai Porjar Badung maupun Bali.

Baca juga:  Polda Bali Kirim Ratusan Anggota Brimob ke Papua

Karena itu, meskipun usianya baru 15 tahun, Desya berlaga di ajang Porprov Bali di Buleleng (2015). “Saya pertama kali tampil di Porprov Bali, spontan menyabet emas,” tutur Mahasiswi FE Unud Jurusan Akuntansi ini.

Sukses Desya berlanjut dan langganan mendulang emas pada Porprov Bali di Gianyar (2017), sampai Porprov Bali di Tabanan (2019). “Saya juga ingin merebut emas, pada event resmi PON Papua,” tandas taekwondoin kelahiran Denpasar, 30 Desember 2000 ini.

Di final Pra PON, Desya menaklukkan atlet dari Kaltim. Akan tetapi, lawan dari provinsi lain juga patut diperhitungkan.

Baca juga:  Potensi Bali Rebut 17-21 Emas di PON Papua

Hal itu terungkap saat diselenggarakan uji coba nasional atlet PON, di GOR Purna Krida, Kerobokan, pada Juni. “Saya akui atlet provinsi lain juga tangguh serta merupakan pesaing berat. Setidaknya saya mengetahui rival juga datang dari atlet Jambi, DKI, Jabar, dan Jateng,” ucapnya.

Upaya mematangkan persiapan, terkadang Desya juga memutar kembali rekaman video saat berlatih tanding, meladeni taekwondoin provinsi lain. “Saya juga rajin berkonsultasi dengan pelatih Sabeum Sandiaz Antonio, guna menyusun taktik dan strategi bagaimana caranya melumpuhkan gaya bertanding atlet daerah lain,” ungkapnya.

Baca juga:  Pemerintah akan Tetap Terapkan Karantina PPLN, Kembali Ada Kebijakan Baru

Ia mengaku, selama TC sentralisasi berlatih fisik dan teknik serta sparring. “Kami melakukan sparring bersama rekan setim di PON, berikut ada tambahan atlet untuk latih tanding,” ujarnya.

Selain bekal yang diberikan pelatih, Desya juga pernah terjun di kancah internasional. Terbukti Desya menyabet emas, pada ajang Kejuaraan Terbuka Taekwondo Hypermax, di Malaysia (2018). “Saya bersyukur bisa meraih emas, mewakili tim Badung. Di final, saya menundukkan atlet tuan rumah Negeri Jiran,” kenangnya. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *