Alat berat saat memanen pupuk organik dengan metode Osaki di TOSS Center Karangdadi. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Upaya pemerintah untuk mengajak petani beralih ke pertanian organik, mulai membuahkan hasil. Petani mulai melihat sendiri hasil pemanfaatan pupuk organik, memiliki produktivitas lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk kimia. Pupuk organik pun sementara diberikan secara gratis kepada petani, hasil dari pengolahan sampah di TOSS Center Karangdadi.

Saat ini Klungkung terus mengembangkan pertanian sistem organik dengan memanfaatkan pupuk kompos. Mulai dari penerapan pada tanaman padi hingga palawija. Pertanian organik memiliki fungsi ganda. Selain menyuburkan tanah, juga lebih produktif. Dari luas lahan pertanian produktif seluas 3.584 hektar, Dinas Pertanian Klungkung terus mendorong petani untuk semakin mantap beralih ke pertanian organik dengan perlahan mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Minggu (29/8), mengatakan Klungkung saat ini sudah memproduksi pupuk organik sendiri melalui TOSS Center Karangdadi. Pupuk organik ini diolah dari sampah organik. Pupuk organik ini langsung diterapkan pada lahan petani yang sedang memasuki masa tanam dan lahan yang sudah rusak akibat pemanfaatan pupuk kimia secara berlebihan. Dari tiga jenis pupuk yang dihasilkan, sangat membantu petani terutama didalam kebutuhan pupuk dan peningkatan produksi.

Baca juga:  Proses Hukum Masih Berjalan, Zainal Tayeb Jadi Tersangka Lagi

“Dengan adanya TOSS Center ini, sangat terbantu dalam penyediaan pupuk organik ini. Dari TOSS, ada Pupuk Osaki, Curah dari Sampah Cacah, kemudian Black Gold. Pada umumnya pupuk organik ada hasil signifikan terhadap tambahan produksi. Pupuk Osaki dan Curah sekitar 6,5 persen ada peningkatan dibandingkan kimia. Black Gold hampir 12 persen peningkatan,” katanya.

Kalau dilihat dari hektaran, pupuk kimia 1,9 ton per hektar, Osaki dan Curah sekitar 2 ton per hektar, Black Gold bisa 2,2 ton. Dari sisi ini, tentu penerapan pupuk kompos juga lebih tahan hama. Salah satu petani Ketut Kardana, mengaku cukup antusias dengan penerapan pupuk kompos. Selain karena gratis, tanah menjadi lebih subur. Bahkan, hasil produksinya lebih baik, sehingga memiliki nilai jual lebih tinggi ditingkat pasar.

Baca juga:  Petani di Kintamani Cenderung Beralih ke Bawang

Saat ini, TOSS Center Karangdadi setiap tiga bulan sekali memproduksi 120 truk sampah menjadi 50 truk pupuk organik. Hasil ini lantas dibagikan kepada petani sekitar. Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, Minggu (29/8) mengatakan hasil pupuk organik ini sementara masih dimanfaatkan oleh petani sekitar. Dengan penerapan pupuk organik, pihaknya bahkan berharap petani bisa panen berkali-kali. Ini merupakan capaian luar biasa, dari sampah yang menjadi masalah, diolah menjadi pupuk yang dapat dimanfaatkan petani.

“Dengan penerapan pupuk organik, kita wujudkan kawasan organik di setiap subak,” katanya.

Ia menegaskan, hasil pupuk organik akan terus ditingkatkan. Karena kebutuhan pupuk organik cukup tinggi. Jumlah kebutuhan per hektarnya tergantung pada jangka waktu dampak signifikan yang diinginkan. Jika dampak penggunaan pupuk diharapkan berpengaruh signifikan kepada hasil produksi dalam sekali masa tanam dalam 3-4 bulan, maka pupuk yang dibutuhkan antara 16 – 18 ton per hektar. Jika pengaruhnya diharapkan terlihat dalam waktu 1 tahun, maka pupuk organik yg dibutuhkan adalah 1 – 2 ton per hektar.

Baca juga:  Lion Layani Umrah Sembilan Kota

Guna membantu petani dengan garapan seluas 200 hektar, mereka sudah dimasukkan ke dalam asuransi pertanian oleh setiap subak, dengan biaya sebesar Rp 120 ribu per hektar. Karena sudah diberikan subsidi sebesar Rp 84 ribu, maka petani cukup membayar Rp 36 ribu per hektar. Tujuannya, jika terjadi gagal panen akan diganti rugi oleh pemerintah. (Bagiarta/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *