Ilustrasi mata uang kripto. (BP/Dokumen)

SAN SALVADOR, BALIPOST.com – El Salvador pada Selasa (7/9), akan menjadi negara pertama di dunia yang mengakui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Sebuah langkah yang menurut Presiden Nayib Bukele akan menghemat jutaan dolar dalam bentuk komisi atas uang yang dikirimkan warga Salvador yang tinggal di luar negeri.

Terlepas dari popularitas Bukele, dikutip dari Kantor Berita Antara, langkah tersebut disambut dengan skeptis oleh banyak orang Salvador. Mereka khawatir tentang volatilitas mata uang kripto dan bagaimana skemanya akan bekerja.

Beberapa pro dan kontra mengemuka atas rencana El Salvador, yang pertama kali diluncurkan pada Juni. Orang-orang Salvador di luar negeri tahun lalu mengirim pulang hampir 6 miliar dolar AS, sebagian besar dari Amerika Serikat.

Jumlah tersebut setara dengan sekitar 23 persen dari produk domestik bruto negara tersebut. Bukele mengatakan bulan lalu, bitcoin akan memberikan “keuntungan besar” karena akan memungkinkan orang Salvador menghemat 400 juta dolar AS yang katanya dihabiskan setiap tahun dalam komisi untuk pengiriman uang.

Baca juga:  Pencabutan Perda Jalur Hijau Dibahas, DPRD Buleleng Minta Pemkab Jamin Tak Ada Alihfungsi

Tetapi banyak orang yang mengirim atau menerima dolar ke El Salvador tidak mempercayai bitcoin. Sementara itu, data Bank Dunia menunjukkan bahwa biaya pengiriman uang negara Amerika Tengah dalam dolar itu sudah termasuk yang terendah di seluruh dunia.

Rencana bitcoin El Salvador juga telah menyoroti dampak lingkungan dari mata uang kripto di negara itu, dengan Bank Dunia menandai potensi dampak buruk tersebut di antara kekhawatirannya.

Mengekstrak mata uang digital dari dunia maya atau ruang siber membutuhkan energi dalam jumlah besar, dan emisi CO2 global industri bitcoin telah meningkat menjadi 60 juta ton. Sama dengan gas buang dari sekitar 9 juta mobil, kata Bank of America pada Maret.

Bukele berusaha untuk mengatasi masalah keberlanjutan dengan mengatakan pada Juni bahwa dia telah menginstruksikan perusahaan listrik panas bumi milik negara LaGeo untuk mengembangkan rencana untuk menawarkan fasilitas penambangan bitcoin. Yakni menggunakan energi terbarukan dari gunung berapi negara itu.

Baca juga:  Tangani Pandemi COVID-19, Dunia Kucurkan Belasan Triliun Dolar AS

Sementara para pendukung mengajukan bitcoin sebagai inovasi yang independen dari perubahan pemerintah, hal itu telah memicu peringatan bahwa itu dapat meningkatkan bahaya peraturan, keuangan, dan operasional bagi lembaga keuangan, di antaranya aturan anti pencucian uang internasional dan pendanaan teroris.

Pada Juni, lembaga pemeringkat Fitch Ratings mencatat bahwa “capital gains (keuntungan modal) tidak akan dikenakan pajak dan pajak dapat dibayarkan dalam bitcoin, yang dapat menarik arus masuk bitcoin asing ke negara tersebut. Ini dapat meningkatkan risiko yang dihasilkan dari kegiatan terlarang melewati sistem keuangan Salvador.”

Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengutip kekhawatiran hukum tentang adopsi bitcoin di tengah pembicaraannya dengan El Salvador mengenai perjanjian pembiayaan hampir 1 miliar dolar AS, yang masih tertunda.

Setelah undang-undang bitcoin Bukele disetujui, lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kelayakan kredit El Salvador. Obligasi negara itu dalam mata uang dolar juga berada di bawah tekanan.

Bukele telah menyiapkan dana 150 juta dolar AS di negaranya untuk memungkinkan konversi bitcoin menjadi dolar, tetapi keraguan tetap ada tentang bagaimana negara akan menghindari risiko yang terkait dengan fluktuasi tajam dalam mata uang digital, yang nilainya dapat bervariasi hingga ratusan dolar dalam sehari.

Baca juga:  Pemanfaatan PLTS Atap, Upaya Jaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali

Fitch berpendapat bahwa bitcoin akan menjadi kredit negatif untuk perusahaan-perusahaan asuransi Salvador yang terbuka atas mata uang asing karena karena risiko volatilitas pendapatan dan nilai tukar mata uang asing yang lebih tinggi.

“Penjamin asuransi yang menahan bitcoin di neraca mereka untuk waktu yang lama akan sangat terkena volatilitas harganya, meningkatkan risiko aset,” kata Fitch bulan lalu.

Namun, bagi mereka yang memegang bitcoin, ini telah terbukti menjadi alat pembayaran yang populer di El Zonte, sebuah kota pantai yang merupakan salah satu batu loncatan untuk mata uang kripto di El Salvador.

Asalkan tidak ada hambatan dengan konvertibilitas yang telah mendorong harapan, itu bisa menjadi penghasil devisa yang penting. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *